Telusuri

Berfastabiqul Khairat di Sepuluh Terakhir Ramadhan


(Kajian Sepuluh Terakhir Ramadhan)

Oleh : Subliyanto Bin Syamsul 'Arifin

بسم الله والحمد، والصلاة والسلام على رسول الله، اشهد أن لا إله الا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل على محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باحسان الى يوم القيامة٠ وبعد ؛

Tahun ini (2022M/1443H),tanpa terasa bulan suci Ramadhan  bulan yang penuh dengan keberkahan dan penuh pengampunan serta dilipatgandakannya pahala setiap amal kebaikan, sudah berada di hari-hari sepuluh hari terakhir. Tentu sebagai insan beriman, sangat disayangkan jika bulan Ramadhan berlalu begitu saja. Ia tidak ingin puasanya hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda :

"Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang ia dapatkan (hanyalah) lapar dan dahaga". (HR. Ahmad II/373 No. 8843).

Sebagai insan beriman, ia akan memburu keberkahan, pengampunan, serta pahala sebanyak-banyaknya dengan melaksanakan amalan-amalan yang sudah dianjurkan. Mulai dari memperbanyak membaca al-Quran, shalat lail, memperbanyak sedekah, serta amalan-amalan lainnya yang sudah termaktub dalam sunnah Nabawiyah. Terlebih pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya malam lailatul qadr. Yaitu malam yang penuh dengan keberkahan, malam diturunkannya al-Quran, malam yang dijamin keselamatan atau kesejahteraannya hingga terbit fajar, sebagaimana telah termaktub dalam firman-Nya surat al-Qadar.

Kalau kita telisik tentang surat al-Qadar, pada dua ayat di surat tersebut dijelaskan bahwa "Pada malam itu turun para malaikat, beserta Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah pada malam itu hingga terbit fajar". (QS. al-Qadar :4-5). Hal ini merupakan kemuliaan yang luar biasa. Dan sangat disayangkan jika kita lewati dengan begitu saja.

Kemudian juga, berdasarkan kacamata "hubungan antar surat dan ayat", kalau kita telisik surat al-Fajr disitu disebutkan bahwa "Demi Fajar. Demi malam yang sepuluh. Demi yang genap dan ganjil".(QS: al-Fajr :1-3). Dan pada surat ini terdapat kata "ليالٍ" dimana secara makna kata,  kata ini merupakan jenis kata benda yang berakhiran dengan tanwin ini dapat memiliki akhiran an,in atau un. untuk kata ini akhirannya adalah in. bentuk akhiran (apakah an,in atau un) ini bergantung pada kata sebelumnya. akhiran ini ditujukan "untuk menujuk kata benda tunggal sembarang atau yang mana saja. Tetapi dapat juga digunakan untuk menerangkan suatu kata benda jamak yang tidak beraturan". hal ini bergantung pada kata yang digunakan. (Makna Kata : http://quran.bblm.go.id/?id=78485).

Demikian juga pada surat al-Qadar, pada ayat ke-3 terdapat kata "خيرٌ", dimana secara kacamata I'rab dalam tata bahasa arab merupakan "خبر" dari kalimat sebelumnya yaitu "ليلة القدر".

Sehingga berdasarkan analisis tersebut di atas, dan juga rujukan penguat yang akan disebutkan setelah ini, penulis tidak membahas secara khusus tentang waktu lailatul qadar. Hal tersebut juga karena menjadi pembahasan yang juga berbeda pendapat di kalangan ulama', yang tentu tidak kita ragukan pendapatnya berdasarkan dalil-dalil yang menjadi rujukannya.

Namun disini penulis hanya mengambil benang merah sebagai ibrah dan hikmah edukatif tentang esensial akan kemuliaan malam-malam Ramadhan, sebagai motivasi agar memaksimalkan Fastabiqul khairat pada bulan suci Ramadhan, khususnya pada malam-malam sepuluh terakhir menjelang kepergiannya.

Dari Ibnu Abbas, Radhiyallahu 'Anhuma ia berkata : "Rasulullah SAW. adalah orang yang paling pemurah, apalagi pada bulan suci Ramadhan, dimana beliau selalu dihubungi oleh Malaikat Jibril, maka pada bulan itu (Ramadhan) selalu datang pada beliau setiap malam untuk membacakan al-Qur'an. Dan biasanya jika beliau bertemu bertemu Jibril, maka beliau lebih pemurah lagi melebihi angin yang terlepas". (Muttafaq 'Alaihi/ Tarjamah Riyadus Shalihin Jilid 3 halaman 265)

Juga dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha ia berkata : "Jika bulan puasa tinggal sepuluh hari maka Rasulullah SAW. selalu terjaga semalam penuh dan membangunkan keluarganya untuk beribadah dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempererat sarungnya". (Muttafaq 'Alaihi/Tarjamah Riyadus Shalihin Jilid 3 halaman 265)

Maka memaksimalkan sepuluh hari terakhir Ramadhan kali ini dengan mengerjakan amalan-amalan yang sangat dianjurkan, mulai dari tilawah al-Qur'an, bersedekah, hingga i'tikaf, merupakan bagian dari langkah kongkrit dalam mengoptimalkan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.  Dengan harapan semoga dengan demikian gelar muttaqin layak kita dapatkan, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah : 183).

Cukup berat sudah pasti, apalagi menjelang lebaran yang secara fakta sosial tidak bisa dinafikan bahwa tidak sedikit dari manusia yang disibukkan dengan kegiatan belanja menjelang lebaran, sehingga pusat-pusat perbelanjaan menjadi serbuan. Hal tersebut tidak dinafikan, namun menyelesaikan semua itu sebelum Ramadhan merupakan langkah yang sangat baik sehingga selama Ramadhan kita bisa berupaya dengan maksimal dalam optimalisasi ibadah selama Ramadhan, terlebih pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dan hal itu merupakan sebuah prestasi tersendiri. Maka terus berlomba-lombalah dalam kebaikan guna meraih kemenangan. 

Semoga catatan singkat ini bermanfaat dan dapat menambah motivasi bagi kita dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini. Amin, Wallahu A'lam (*)

*Tulisan ini merupakan kombinasi dari tema Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Posting Komentar

0 Komentar