Menulis artikel ilmiah popular adalah sebuah ketrampilan. Agar cakap, kita harus rajin berlatih dengan semangat mengamalkan QS Al-Alaq 1-5. Di lima ayat itu ada Petunjuk Allah agar kita suka membaca dan cakap menulis.
Perlu Pembiasaan
Apa artikel ilmiah popular? Artikel adalah “Karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya”. Sementara, yang dimaksud ilmiah populer adalah “Bersifat ilmu, tetapi menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam” (www.kbbi.web.id, akses 11/01/2018 pukul 05.15). Jadi, artikel ilmiah popular adalah karya tulis yang dimuat di media (seperti surat kabar dan majalah), bersifat keilmuan dan menggunakan bahasa umum sehingga mudah difahami oleh masyarakat awam.
Sekarang, mari ikuti proses awal menulis. Setelah menetapkan tema, buatlah outline (kerangka karangan) untuk memudahkan pengembangan penulisan.
Berikutnya, soal alur menulis yang terangkai dalam “Tiga Besar” yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Di pendahuluan, tulis secara ringkas masalah apa yang akan kita bicarakan. Lalu, di pembahasan, kita urai dan analisis masalah yang kita angkat. Kemudian, di penutup, berilah kesimpulan (dan saran jika ada).
Mari kita praktik! Pertama, buatlah judul sebagai “Alat Pemanggil Minat Baca”. Judul yang baik, antara lain: a).Mampu mencuri perhatian pembaca. b).Mencerminkan tema atau arah tulisan, sehingga bisa menjadi “miniatur” isi keseluruhannya. c).Ringkas dan padat. Sebagai sarana berlatih, seringlah memerhatikan judul-judul artikel ilmiah popular, terutama yang dimuat di media-media terpercaya.
Berikut ini, tiga contoh judul: “Rangsangan, Awal Ilmu Pengetahuan”, “Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan”, “Ibnu Sina dan Posisi Ilmuwan Polymath”.
Kedua, buatlah lead penggoda. Leadadalah pendahuluan berbentuk paparan ringkas dari masalah yang akan kita kupas. Posisi lead menempati paragraf pertama. Fungsi lead adalah penggugah rasa ingin tahu pembaca. Lead mengantar pembaca ke gagasan utama sang penulis.
Berikut ini contoh lead untuk judul “Rangsangan, Awal Ilmu Pengetahuan”. Jenisnya, langsung berusaha mencuri perhatian dengan nada tanya.
Masa dipergilirkan antar-umat manusia. Ada zaman ketika sebuah kaum jaya dan di masa yang berbeda mengalami pula keteringgalan. Dalam sejarah, di bidang ilmu pengetahuan umat Islam pernah memimpin dunia. Maka di titik ini, di saat jaya, pelajaran Islam manakah yang paling berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan?
Ini contoh lead untuk judul “Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan”. Langsung mencoba menarik minat baca dengan cara menyajikan kutipan pernyataan seorang tokoh.
“If you think strongly enough, you will be forced by science to the belief in God” (Lord Kelvin, fisikawan dan matematikawan, 1824-1907).
Catatan: Hal lain yang juga bisa dikutip seperti peribahasa, puisi, syair lagu, dan lain-lain yang semisal dengan itu.
Ini contoh lead untuk judul “Ibnu Sina dan Posisi Ilmuwan Polymath”. Langsung berupaya merebut perhatian dengan narasi yang menggugah:
Tak banyak orang yang menguasai beragam ilmu dan menuliskannya dengan baik. Ibnu Sina termasuk satu di antara yang sedikit itu. Dia menulis di bidang kedokteran, psikologi, falsafah, tasawuf, logika,geometri, politik, sastra, musik, dan lain-lainnya.
Ketiga, tulislah pembahasan yang menawan. Di bagian inilah pokok tulisan, berupa kupasan mendalam atas masalah yang kita angkat. Pembahasan harus sistimatis, argumentatif, tuntas, dan ditulis dengan bahasa baku namun tetap dengan sentuhan popular.
Untuk keperluan pendalaman tentang bagaimana alur pembahasan dari ketiga judul artikel ilmiah popular di atas (“Rangsangan, Awal Ilmu Pengetahuan”, “Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan”, dan “Ibnu Sina dan Posisi Ilmuwan Polymath”), silakan simak di www.anwardjaelani.com. Cermatilah aspek-aspeknya, termasuk dalam hal cara-cara mengutip referensi.
Keempat, buatlah penutup yang mantap. Bagian ini memuat kesimpulan (dan saran jika ada) atas masalah yang kita kupas. Disajikan dengan gaya pamit.
Ini contoh penutup pada tulisan “Rangsangan, Awal Ilmu Pengetahuan”:
Dengan demikian, jadilah manusia beriman yang berilmu-pengetahuan, sebab posisi itu berderajat tinggi. “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS Al-Mujaadilah [58]: 11). Oleh karena itu, sebagai Mu’min, selalu-lah merasa terangsang untuk mengembangkan info-info inti di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang banyak terdapat di dalam Al-Qur’an.
Ini contoh penutup pada tulisan “Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan”:
Singkat kata, ilmu pengetahuan bisa mendatangkan keimanan bagi yang masih beragama selain Islam. Ilmu pengetahuan bisa menguatkan keimanan bagi yang sudah beragama Islam. Perhatikan, “bisa” dan bukan “mesti”. Itu semua tergantung usaha kita, termasuk dalam hal meraih hidayah Allah. Terkait ini, lihat Kelvin di paragraf pembuka tulisan ini. Benar saat dia berkesimpulan tentang pengaruh kuat ilmu pengetahuan terhadap kepercayaan akan adanya Tuhan. Tapi, sejauh ini, kita belum mendengar bahwa kesimpulan itu membawanya untuk bersaksi: Allahu Ahad!
Ini contoh penutup pada tulisan “Ibnu Sina dan Posisi Ilmuwan Polymath”:
Alhasil, kita memang perlu menjadi seorang spesialis agar bisa menjadi narasumber ketika ada arahan: “Tanyakan atau serahkan kepada ahlinya!” Tapi, kita pun akan semakin banyak mendatangkan manfaat jika bisa menjadi sosok seperti Ibnu Sina.Bahwa, pada pokoknya Ibnu Sina dikenal sebagai Bapak Kedokteran, namun dia juga masyhur sebagai ahli di banyak bidang lainnya. Jadi, memerbanyak ilmuwanpolymath laksana Ibnu Sina, sungguh merupakan langkah yang sangat dianjurkan.
Resep Manjur
Mengingat aktivitas menulis itu sangat strategis, maka tak perlu kita tunda-tunda lagi untuk memulainya. Sungguh, untuk bisa menulis, tak ada kiat yang paling mujarab selain mengikuti resep “Tiga M”: Mulai, mulai, dan mulailah! []
*Sumber : http://www.anwardjaelani.com/
0 Komentar