Telusuri

Menghormati Bukan Karena Ingin Dihormati


Oleh : Subliyanto Bin Syamsul 'Arifin

بسم الله والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، محمد ابن عبد الله، وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باحسان الى يوم القيامه، اشهد أن لا إله الا الله وحده، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين، وبعد٠٠

Tulisan ini hadir dan dihadirkan dalam bingkai niat ibadah, yang juga sudah terintegrasi di dalamnya "siratan" dakwah. Dimana semua aspek tersebut merupakan bagian dari "job description" setiap insan yang beriman, yaitu sebagai 'abdullah dan khalifatullah di muka bumi. Sehingga breakdown dari dua tugas tersebut adalah salah satunya sebagaimana telah tertuang dalam al-Qur'an Surat al-'Ashr.

"Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran." (QS: al-'Ashr : 1-3)

Surat al-'Ashr memang kerap menjadi landasan utama dalam setiap tulisan penulis. Demikian juga hadits Rasulullah SAW. tentang "Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka baginya pahala sebagaimana orang yang mengerjakannya", juga sering muncul dalam tulisan penulis.

Hal tersebut mengingat, bahwa karena pada prinsipnya, kita sebagai manusia mengemban amanah dan tugas sesuai dengan kapasitas masing-masing, dan dari setiap kapasitas mempunyai kemampuan yang terbatas, karena memang hal tersebut sudah menjadi bagian dari fitrah manusia.

Sehingga dalam menunaikan tugas kita masing-masing, baik secara personal maupun secara kelompok, pendekatan "fastabiqul khairat" dengan model "sistem mata rantai makanan" dalam bingkai saling mengingatkan dan menguatkan merupakan metode yang bisa dimanfaatkan dalam hidup dan kehidupan.

Dan hemat penulis, hal tersebut merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat melahirkan "energi magnetic" dalam upaya saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya dalam bingkai ukhuwah, mengingat sesama muslim adalah saudara. 

Juga perlu kita sadari bahwa kita tidak mengetahui dari setiap amal perbuatan masing-masing kita, amal perbuatan yang mana yang diterima oleh Allah SWT. Sebagai muslim, kita hanya bisa berikhtiyar dengan landasan keimanan, ketakawaan, dan kaikhlasan dalam beramal, yang kesemuanya tercover dalam wadah berlandaskan "ilmu".  Dan selebihnya terkait "nilai akhir" merupakan hak periogratif Allah SWT, dzat yang maha kuasa atas segalanya.

Semua tersebut di atas merupakan salah satu konsep pemikiran dalam menyerukan kebaikan-kebaikan. Dengan harapan semoga dengan teori "tunjuk jalan" tersebut, kelak kita dapat menggunakan "energi magnetic" menuju surga hingga bisa tarik-menarik dan memasukinya bersama-sama. Amin
***
Diantara hak seorang muslim antara yang satu dengan yang lainnya adalah saling menghormati. Dan hal ini merupakan edukasi akhlak dalam kehidupan manusia. Dimana peran akhlak itu sendiri merupakan wujud kongkrit dari out put dan out come dari semua jenis dan aspek pendidikan. Hal tersebut karena tujuan dari pendidikan adalah melahirkan manusia yang baik (mengutip tujuan pendidikan menurut al-Attas).

Kaitannya dengan hormat-menghormati, dalam implementasinya, baik kita sebagai orang tua maupun guru harus memberikan penjelasan kepada anak-anak kita dan murid-murid kita agar mereka tidak salah dalam mempraktekkannya. Karena hal tersebut kaitannya dengan sikap dan bersikap. Dan asas dari sikap adalah ilmu. Serta ilmu sendiri mencakup cara pandang dan cara memandang.

Sehingga menjadi penting untuk menata cara pandang dan cara memandang sesuai dengan marka jalan (dalam hal ini islam). Atau yang dalam istilahnya Bapak Hamid Fahmi Zarkasyi (Barakallahu lahu), disebut dengan istilah "Worldview Islam". Dan terkait hal tersebut penulis menyimpulkan dengan definisi yang sekiranya mudah dimengerti oleh pembaca, yaitu "memandang sesuatu dan mengerjakannya sesuai dengan tuntunan Islam, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagai uswatun hasanah bagi manusia". Wallahu a'lam bis shawab.

Untuk mempermudah penjelasan bagi kita baik sebagai orang tua maupun guru, dalam menjelaskan hal tersebut, disini penulis ambil contoh terkait sikap hormat dan menghormati dalam ranah paling mudah dicerna oleh nalar manusia, yaitu ranah pendidikan yang salah satu muatan edukasinya adalah tentang akhlak atau adab.

Sebut saja secara tematik tentang menghormati guru. Maka dalam hal ini penting untuk dijelaskan kepada murid bahwa, "menghormati guru bukan karena gurunya ingin dihormati, akan tetapi menghormati guru merupakan kewajiban yang bersifat mengikat pada diri semua pelajar (penuntut ilmu) sebagai bagian dari salah satu kunci keberhasilan untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat".

Sehingga dengan cara pandang yang demikian, hormatnya seorang murid kepada gurunya berangkat dari kesadaran hati diri sang murid yang menjadikannya (sikap hormat) sebagai wasilah untuk mendapatkan ilmu yang barokah dan bermanfaat dalam hidup dan kehidupannya.

Dan hal tersebut juga sangat amat penting untuk tertancap di hati para guru sebagai bagian dari menjaga keikhlasan hati dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Dan sudah bersifat otomatis harus berjalan senada, seiya dan sekata dengan uswah dari diri seorang guru.

Sehingga dengan demikian dalam proses pentransferan ilmu kepada murid dengan mudah bisa disampaikan dan diterima. Dan hal tersebut juga merupakan bagian dari teori dalam mendidik. 


Demikian juga dengan lini-lini yang lain dalam semua aspek hidup dan kehidupan manusia, hendaknya bisa diselaraskan dengan cara pandang yang lurus dan benar. Karena cara pandang yang lurus dan benar merupakan jalan menuju keridhaan dan keberkahan. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat meminimalisir "disposisi kaidah" dalam tatanan perspektif dan implementatif setiap rule kehidupan manusia.

Semoga catatan singkat ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan juga bagi pembaca dan yang menyampaikannya serta yang menyampaikannya dan seterusnya hingga tak terhingga. Dan sebagai penutup tulisan ini, penulis sematkan hadits Rasulullah SAW. yang juga mengandung edukasi adab ataupun akhlak :

Hadits riwayat Abu Hurairah RA., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : "Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak". (Shahih Muslim No.4019).

اللهم انفعنا بما علمتنا وارزقنا علما ينفعنا وزدنا علما نافعا٠ اللهم ارنا الحق حقا و ارزقنا التباعة٠ وارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابه٠ اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك، واهدنا الى صراط المستقيم، صراط الذين انعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين، والحمد لله رب العالمين ٠ والله اعلم باالصواب٠٠٠

Posting Komentar

0 Komentar