Allah memberikan
perumpamaan bahwa orang yang beriman diteguhkan hatinya sebagaimana dialami
Asiyah yang mendapat perlindungan meskipun ia berada di dalam rumah tangga penghulu
orang kafir, yaitu rumah Fir'aun yang dikenal sebagai seorang tiran yang sewenang-wenang.
Kekuasaan dan keangkuhan Fir'aun sama sekali tidak membahayakan aqidah istrinya
sendiri, Asiyah, yang beriman kepada Allah Ta'ala dan risalah Musa.
Ini menunjukkan bahwa
meski kita berada di rumah orang kafir sekelas Fir'aun sekalipun, jika ada iman
yang menjadi benteng dalam diri kita, yakinlah bahwa Allah Ta'ala akan
memberikan keselamatan. Di tengah-tengah kebencian Fir'aun terhadap risalah Nabi
Musa dan di puncak keangkuhannya yang mengaku sebagai tuhan, Fir'aun ternyata
tidak mampu menaklukkan hati istrinya sendiri. Bahkan dengan tegar dan kuat,
Asiyah berdoa kepada Allah, "Ya Rabb-ku bangunkanlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan
selamatkan aku dari kaum yang zhalim." (QS. at-Tahrim [66])
Terkait doa Asiyah di
atas, Abul Aliyah berkomenter dari sudut sebab turunnya ayat tersebut, bahwa Fir'aun
mengetahui keimanan istrinya, lalu dia keluar di hadapan khalayak ramai seraya
berkata, "Apakah yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahim?" Mereka
memujinya. Maka Fir'aun berkata kepada mereka, "Sesungguhnya dia menyembah
Tuhan selain aku. Mereka bertanya kepadanya [jika demikian] bunuhlah dia.
Kemudian dibuatkan untuknya tiang. Setelah itu tangan dan kakinya diikat.
Maka Asiyah pun berdoa
dengan doa ini: Ya tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
surga. Hal itu bersamaan dengan kehadiran Fir'aun di tempat penyiksaan. Maka Asiyah
tertawa ketika melihat rumahnya di surga. Fir'aun berkomentar, "Apakah
kalian tidak( merasa heran dengan kegilaannya. Kita menyiksanya, namun dia
tertawa. Setelah itu keluarlah ruhnya dari jasadnya."
Salman al-Farisi
berkata sebagaimana diriwayatkan Usman al-Hindi, "Awalnya dia disiksa dengan
panasnya terik matahari. Ketika sinar matahari menyengatnya, para malaikat
melindungi defigan sayap-sayapnya. Dikatakan bahwasanya kedua tangan dan
kakinya ditancapkan di bawah panas sinar matahari, sedangkan punggungnya dikenakan
rantai yang melingkar. Lalu Allah Ta'ala memperlihatkan kepadanya tempatnya di
surga. Dikatakan pula bahwa tempatnya terbuat dari mutiara. Tatkala ia berkata,
"Selamatkanlah aku." Lalu Allah menyelamatkannya dengan sebaik-baik penyelamatan.
Dia mengangkat ruhnya ke surga. Di sana dia makan, minum dan
bersenang-senang."
Inilah sosok wanita
beriman. Dia hidup di bawah kekuasan suaminya adalah manusia paling kafir kepada
Allah, Tuhan sekalian alam. Ketika itu Fir'aun telah mengakui dirinya sebagai
tuhan serta dzat yang patut disembah sebagai sekutu Allah. Namun Asiyah tidak
tunduk pada keadaan yang demikian, bahkan dia menyerahkan segalanya kepada
Allah, baik ketika susah maupun senang. Dia memohon kepada Allah dengan berdoa
supaya dirinya diselamatkan dari Fir'aun dan perbuatannya, baik kekufuran,
kezhaliman dan kecongkakannya. Sebagaimana dia memohon keselamatan dari kaum
yang zhalim, yakni orang-orang Qibthi penduduk Mesir. Respon terhadap permohonannya
tidaklah terlambat. Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi. Baginya telah
dibangun istana di surga.
*Disadur
dari E-Book Exclusive “Aisyah Tegar di Sisi Firaun”
0 Komentar