Oleh : Subliyanto*
Saya mulai tulisan ini dengan ucapan "Bismillah wal
hadulillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa la haula wa la quwwata
illa billah", sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan cinta kepada
Rasulullah serta kesadaran diri bahwa kita semua bukanlah makhluk yang
sempurna. Semoga dengan demikian dapat memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah, Tuhan semesta alam. Amin.
Selanjutnya kita semua adalah pemimpin sesuai dengan kapasitas
dan tupoksinya masing-masing. Maka di hadapan Tuhan tidak ada yang luput dari
pertanggung jawaban sebagaimana telah Allah tegaskan dalam firmanNya :
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).
Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia
bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?" Pada hari itu bumi
menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam
keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Al-Zalzalah
: 1-8)
Untuk itu tulisan ini hanyalah bersifat pengingat pada diri
penulis dan saling mengingatkan serta saling menguatkan antar sesama
sebagai bentuk implementasi dari esensi persaudaraan seiman dan seperjuangan.
Allah berfirman :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr : 1-3)
***
Berita menarik tersiar dari kota Gerbang Salam Pamekasan, Madura, Jawa Timur pada Senin 7 Januari 2019. Media lokal memberitakan tentang salah satu kegiatan Bupati Pamekasan, Badrut Taman, yaitu "Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melaunching Mobil Dinas (Mobdin) yang dibranding batik."
"Demi Promosikan Batik, Mobil Dinas Pemkab Pamekasan
Dibranding Batik" demikian judul berita yang tertera di mediamadura.com edisi 7 Januari 2019.
Sungguh sangat terasa, ketika membaca kontennya ternyata terdapat 90-an Mobil
Dinas Pemkab Pamekasan yang disulap dan diseragamkan dengan branding batik. Dan
juga tentunya sangat terasa nominal rupiah yang dikeluarkan untuk 90-an unit
Mobdin tersebut.
Tidak ada salahnya kiranya kalau kita mengambil kalkulator untuk
sekedar mengetahui kisaran rupiahnya pensulapan Mobdin itu dengan berpedoman
pada standart harga pasar pemasangan stiker mobil dengan dimensi sepeti gambar
Mobdin Pamekasan yang viral. Tentu akan ditemukan jawaban perkiraannya. Dan
jika hal tersebut dijadikan sebagai bahan survie dampak positif atau tidaknya
juga akan didapatkan respon yang variatif dari responden. Pro kontra sudah
pasti karena kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Pamekasan cukup beragam.
Mengukur Skala Prioritas
Adanya "terobosan" marketing ekonomi melalui pintu
birokrasi bagi pengusaha batik di Pamekasan tentu sangat berdampak positif.
Namun bagi masyarakat yang berada di bawah rata-rata dalam strata ekonominya
tentu berbeda karena bagi mereka rupiah sangatlah berharga sebatas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Rasanya kita semua termasuk para pemimpin Pamekasan perlu lebih
sering blusukan tingkat desa dan mengurangi kunjungan berskala nasional agar
lebih bisa porposional dalam menyelenggarakan gerakan perubahan. Sehingga nilai
positif dari gerakan kita lebih bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat
kita.
Ada pemandangan yang cukup menyentuh dan menjadi sampel untuk
diprioritaskan oleh gerakan "Pamekasan Hebat". Yaitu berita sang
nenek bernama Maria, asal Dusun Billaan, Desa Montok, Kecamatan Larangan,
Kabupaten Pamekasan, yang dipublish oleh media faktualnews.co pada 7 Desember 2018.
Tentu belum tergolong berita lawas kalau melihat tanggal publishnya (Read
More).
Dan tentu masih banyak pemandangan-pemandangan miris lainnya.
Apalagi angka kemiskinan di Pamekasan berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), masyarakat miskin (maskin) di Pamekasan menyentuh angka 60 persen atau
486.798 jiwa dari total populasi penduduk 811.330 jiwa. (faktualnews.co)
Sangat diyakini bahwa Bupati Pamekasan tidak akan diam dengan
kondisi angka-angka di atas. Apalagi sebagaimana dijadikan prolog oleh faktualnews.co dalam berita
"Nenek" bahwa "Pemkab Pamekasan, Madura, Jawa Timur, pada 2018
mengucurkan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk program pengentasan kemiskinan".
Dari data-data di atas tentu kita bisa mengukur sendiri mana
skala prioritas diantara keduanya. Bagi pribadi penulis tentu "Nenek"
menjadi skala prioritas dan memerlukan aksi cepat.
Namun demikian rupanya pandangan konseptor yaitu Bupati
Pamekasan, Badrut Tamam berbeda dengan penulis artikel ini yang hanya sebagai
evaluator dan komentator. Dan itu sah-sah saja karena mungkin kacamata yang
dipakai keduanya berbeda.
Aksi Cepat dan Aksi Strategis
Pada tujuan ekonomi berskala Nasional Pamekasan rupanya menggunakan
konsep aksi cepat. Hal itu nampak pada kegiatan pamekasan berupa Launching
Mobil Dinas (Mobdin) dengan branding batik yang digelar pada Senin 7 Januari
2019, harapannya dengan adanya mobdin yang dibranding batik, akan lahir
promosi-promosi baru untuk semakin mengenalkan batik Pamekasan di kancah
nasional (Read More : mediamadura.com). Hebatnya lagi diwajibkan
pada semua Mobdin yang jumlahnya sekitar 90-an.
Sementara pada perhatian kemiskinan yang berskala lokal, Bupati
Pamekasan menggunakan aksi strategis. Langkah strategis yang dimaksudnya berupa
beberapa tahapan yang harus dijadikan pertimbangan secara menyeluruh, mulai
dari tahapan pemetaan, perencanaan, pembuatan program serta realisasi program.
( Read More : beritajatim.com edisi 6/1/2019)
Lagi-lagi pro kontra adalah hal yang biasa. Namun setidaknya
penulis mengajak pada semuanya terlebih pada para pemangku kebijakan untuk
lebih realistis dalam menangani permasalan-permasalahan Pamekasan. Tidak lain
dan tidak bukan guna menuju pamekasan yang lebih hebat. Wallahu a'lam []
*Penulis adalah aktivis sosial dan pendidikan. Putra Daerah
Pamekasan. Website : www.subliyanto.id
0 Komentar