Telusuri

Ketika Kita Mengajar Mimpi


Oleh : Subliyanto*

Teringat perkataan dosen waktu kuliah dulu. Beliau mengatakan bahwa " masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah realita, dan masa depan adalah cita-cita".
Kalimat tersebut sangat saya suka, bahkan saya kutip menjadi motto dalam skripsi saya ketika hendak menyelesaikan kuliah 2011 lalu.
Setidaknya ada tiga kata kunci dalam kalimat itu, yang mana ketiganya sangat berkaitan, bak dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Tiga kata kunci tersebut adalah masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Jelas dan pasti masa lalu akan terukir menjadi sebuah sejarah, dan bergantung kita bagaimana membuat sejarah pada waktu itu. Dan tentunya setiap orang berbeda-beda metode dan hasilnya.
Masa kini pun juga tidak lepas dari sejarah, karena dengan adanya sejarah kita bisa mengambil pelajaran, sehingga kitapun berupaya untuk kembali mengukir sejarah yang lebih baik.
Demikian juga dengan masa depan. Masa depan merupakan sebuah harapan dari mimpi indah yang kita bayangkan. Karena semuanya dimulai dari mimpi. Mungkin film laskar pelangi cukup menginspirasi dalam hal ini.
Ketika kita mempunyai impian, maka kitapun akan berupaya dengan sungguh-sungguh menggapainya. Sehingga setiap gerak-gerik langkah kita mengarah pada impian yang menjadi visi kita. Maka wajar jika motivator berkata " visi anda menentukan langkah anda".
Kunci dari semuanya adalah ilmu. Maka kita harus terus belajar, belajar dan belajar, karena belajar tidak dibatasi ruang dan waktu selama nyawa di tubuh kita menyatu.
Sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah, "Man aradad dun ya fa'alaihi bil ilmi, wa man aradal akhirata fa'alaihi bil ilmi, wa man aradahuma fa'alaihi bil ilmi".
Ilmu akan menentukan segalanya. Dan tentunya kita harus benar dalam memahami konsep sumber ilmu, sehingga ilmu yang kita peroleh benar, berguna, dan bermanfaat.
Berbicara ilmupun ngeri-ngeri sedap. Tidak salah kiranya kalau saya meminjam bahasa salah satu politikus yang cukup tenar pada zamannya waktu ia hidup. Karena orang berilmupun penuh dengan tanggung jawab dan tantangan yang sangat besar. Jika tidak, maka ilmunya akan menjadi senjata makan tuan.
Membahas tentang ini sayapun juga teringat pesan guru saya waktu sekolah madrasah diniyah dulu di kampung.
Sebuah pesan yang dikutip dari kitab Tarbiyatus Syibyan, yakni kitab tipis yang membahas tentang akhlak atau adab.
Dalam kitab tersebut yang disampaikan dengan metode syair, yang sangat indah sekali jika disenandungkan dijelaskan bahwa "orang yang berilmu namun ia tidak mengamalkan ilmunya, maka kelak ia akan disiksa sebelum orang bodoh di hadapan Tuhannya".
"fa'alimun bi'ilmihi lam ya'mali # 'adz dzabahul ilahi qablal jahili"
Semoga kita tidak tergolong sebagai katagori orang yang sebagaimana disebutkan dalam syair di atas.
So, marilah kita senantiasa terus belajar dan beramal.
Wallahu A'lam. Selamat belajar dan beramal...

Posting Komentar

0 Komentar