Telusuri

KH Bahaudin Mudhary, Kristolog yang Jago Dialog

Oleh : M. Anwar Djaelani*

Sekalipun penting sebagai bagian dari usaha menguatkan aqidah, tapi tak banyak orang yang menekuni Kristologi. Di antara yang sedikit itu, sebagian malah sudah meninggal termasuk KH Bahaudin Mudhary. Hanya saja, ulama ini masih terasa hidup karena meninggalkan sejumlah buku terutama yang berjudul “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus”.

Buah Kristologi
Di bidang Kristologi (ilmu yang mempelajari agama Kristen / kekristenan), buku “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus” sangat dikenal. Buku itu memuat dialog terbuka antara KH Bahaudin dengan Antonius Widuri (penganut Kristen Roma Katolik). 

Rupanya, setelah membaca sejumlah buku tentang Islam, Antonius Widuri tergerak untuk mengetahui mana agama yang benar. Terkait itu dia-pun mengajak diskusi KH Bahaudin tentang Kristen dan Islam.

Lalu, acara “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus” direkam dan disaksikan sejumlah pengurus Yayasan Pesantren Sumenep. Dialog itu berlangsung tiap malam mulai 09/03/1970 sampai 18/03/1970 membahas banyak hal, seperti tentang: “Injil”, “Ketuhanan Yesus dalam Bibel”, “Yesus Penebus Dosa”, “Dosa Waris”, “Kitab Al-Qur’an dan Bibel”, serta “Pengakuan atas Nabi SAW sebagai utusan Allah”. 

Setelah berdialog sembilan malam dengan KH Bahaudin, Antonius Widuri mendapat sejumlah kesimpulan penting. “Kagum saya rasakan atas begitu cepatnya beliau menunjukkan kepada saya atas kesalahan ataupun banyaknya ayat-ayat dalam Injil antara satu dengan yang lainnya saling berbeda maknanya. Logika yang digunakan oleh beliau adalah logika debat, jujur, dan objektif serta diikuti pula penjelasan-penjelasan ilmiah yang kesemuanya itu tak mungkin ditolak oleh akal dan jiwa yang sadar untuk membuktikan kesadaran lahir-bathin,” tutur Antonius Widuri. Diapun lalu masuk Islam. Maka, tampak, penguasaan atas Kristologi berguna sebagai alat dakwah yang sangat efektif. 

Kecuali dalam Kristologi, kontribusi positif KH Bahaudin di bidang lainnya sangatlah luar biasa. Dia memiliki ‘rekam-jejak’ cukup panjang, antara lain:. Pada 1939-1941, menjadi Wakil Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Majelis Pemuda) Madura. 1940-1943, anggota Majelis Konsul Muhammadiyah Sumenep. 1940-1979, Pimpinan Pesantren Kepanjin Sumenep. Lalu, 1942-1945, Ketua Badan Pembantu Kesejahteraan Keluarga Prajurit PETA (BPKKP). 

Pada 1947-1949, KH Bahaudin menjadi Komandan Resimen Hizbullah. 1949, mendirikan Yayasan Pesantren Madura - Sumenep. 1954-1960, Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) Sumenep. 1954-1963, Ketua Muhammadiyah Cabang Sumenep. Lantas, 1959-1963, anggota Pimpinan Pusat Majelis Tarjih Muhammadiayah.
Pada 1960-1965 KH Bahaudin mendirikan Akademi Metafisika Sumenep. 1968-1971, Ketua Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Sumenep. Lalu, 1971-1979, menjadi Ketua Umum Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI) Jawa Timur
Pada 1975-1977 KH Bahaudin menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat I Jawa Timur. 1975-1977, Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep. Lalu, 1975-1979 Ketua IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

Kesaksian Itu
Dr. Syafi’i Antonio, Lc, M. Ec. memberi predikat “Cendekiawan dan Ulama Langka” kepada KH Bahaudin Mudhary. Pakar ekonomi-syariah yang bernama asli Nio Cwan Chung itu, insya-Allah objektif ketika memandang KH Bahaudin sebagai: 1).Mirip Ahmad Deedat –Kristotolog kelas dunia dari Afrika Selatan- dan setara pula dengan Prof. Abu Zahro –ulama Al-Azhar, Kairo-, karena penguasaannya terhadap ajaran Kristen sangatlah komprehensif. 2).Bisa menganalisis dengan metode komparasi antara Al-Qur’an dan Bibel di satu sisi, serta pada saat yang sama keduanya dihadapkan kepada ilmu pengetahuan modern. Keahlian seperti ini persis seperti yang dimiliki ilmuwan Perancis Dr. Maurice Bucaile penulis “Bibel, Qur’an, dan Sains Modern”. 3).Dapat menganalisis Bibel secara komparatif , baik antara satu ayat dengan ayat lain, antara satu edisi dengan edisi yang lain, atau bahkan antara satu terjemahan Bibel dengan terjemahan Bibel yang lain.

Siapakah Nio Cwan Chung alias Syafi’i Antonio? WNI keturunan itu awalnya penganut Konghucu. Lalu, memeluk Kristen-Protestan dan terakhir mendapat hidayah masuk Islam.
Jujur, Syafi’i Antonio mengakui bahwa dia berhutang-budi kepada KH Bahaudin lewat bukunya, “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus”. Buku inilah -kata Syafi’i Antonio- menjadi pembuka wawasan bagaimana seharusnya memahami Kristen.

Berdasarkan bacaan buku itu, hijrah Syafi’i Antonio dimulai. Digambarkan oleh dia, bahwa ketika itu adalah fase “Penghancuran dan pembersihan pola pikir, nilai, dan keyakinan jahiliyah (baca: kafir) menuju pembangunan nilai dan aqidah Islam”.

Untuk Indonesia, buku “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus” termasuk fenomenal. Sejak terbit kali pertama pada 1971, buku ini sudah dicetak ulang berkali-kali. Bahkan, buku ini sudah mendunia karena diterbitkan di berbagai negara dan dalam edisi bahasa asing, seperti: Arab, Belanda, dan Inggris.

Masih menurut kesaksian Syafi’i Antonio, bahwa kelebihan KH Bahaudin yang lain adalah kemampuannya menguraikan masalah pelik menjadi analisis yang popular dan sistematis. Kecakapan seperti ini tampaknya dipengaruhi oleh interaksi sang ulama yang menguasai tujuh bahasa asing dengan disiplin ilmu metafisika yang memang membutuhkan suatu nalar yang analitikal dan terstruktur.

Memang, dari KH Bahaudin telah lahir pula sejumlah buku seri metafisika, yaitu: “Setetes Rahasia Alam Tuhan (Melalui Peristiwa Metafisika Al-Mi’raj)”, “Setetes Rahasia Ibadah (Meta Energi Ruhaniah dalam Ritual Islam)”, “Sholat dan Panggilan Arafah (Kajian Metafisika)”, “Esensi Puasa (Kajian Metafisika)”, “Daya Nalar Budi (Sebuah Ikhtiar Merengkuh Kekuasaan Intuisi)”, dan “Mencermati Hakikat Diri (Sebuah Kajian Metafisika)”.

Kader, Kader !
Kita membutuhkan banyak pengganti KH Bahaudin yang lahir 23/04/1920 dan wafat 04/12/1979 ini. Kita berharap menculnya kader dakwah yang menguasai Kristologi dengan kapasitas keilmuan yang sama dan bahkan -jika bisa- melebihi KH Bahaudin. Semoga dengan cara tersebut kita bisa menjawab ini: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka" (QS Al-‘Ankabuut [29]: 46). []

*Penulis buku "50 Pendakwah Pengubah Sejarah"
 

Posting Komentar

0 Komentar