“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia”
(QS.Yasin : 82).
Adanya segala sesuatu dalam
keidupan ini merupakan keniscayaan bagi semua manusia, dan juga makhluk ciptaan
Allah Subhanahu wa ta’ala yang lainnya. Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam surat Yasin ayat 82 di atas.
Dalam kehidupan, setiap makhluk hidup akan berkembang biak sesuai
dengan komunitas dan habitatnya. Sementara manusia dalam menjalani kehidupannya
akan melalui tahapan-tahapan yang mana dari setiap tahapan terdapat sebuah
proses yang harus dijalani,.
Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahapan di dalam kandungan,
tahapan di dunia, tahapan di alam kubur, dan tahapan kehidupan yang
sesungguhnya, dimana manusia dibangkitkan dari alam kubur kelak di sisi Allah Subhanahu
wa ta’ala. Dari tahapan-tahapan tersebut sejatinya manusia adalah makhluk
biologis dan makhluk ideologis.
Manusia sebagai makhluk biologis merupakan makhluk yang berkembang
biak secara alamiah untuk mempertahankan komunitas dan habitatnya. Sementara
manusia sebagai makhluk ideologis merupakan makhluk yang menjalani tahapan
dimana ia dikenalkan dengan sebuah keyakinan yang dapat mengantarkan dirinya
kepada kehidupan yang sesungguhnya.
Kehidupan yang sesungguhnya adalah sebuah kehidupan yang kekal. Pada
kehidupan itu semua manusia akan dibangkitkan menghadap penciptanya, dan
mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya hingga ia mendapatkan tempat
yang layak baginya di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sebagai makhluk biologis manusia berkembang biak untuk
mempertahankan komunitasnya. Manusia mengalami perubahan dan perkembangan
secara fisik hingga ia lahir dengan sempurna. Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14 .
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS.
al-Mu’minun :12-14)
Agar hal ini berproses dengan sempurna, maka membutuhkan dukungan
dari pemenuhan aspek-aspek kesehatan, mulai dari vitamin, protein, mineral, dan
zat-zat pendukung lainnya selama dalam kandungan.
Adapun manusia sebagai makhluk ideologis, manusia mengalami
perubahan dan perkembangan secara aspek spiritual. Manusia meyakini akan
keberadaan Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai penciptanya. Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172 :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)". (QS. Al-A’raf : 172)
Perubahan dan perkembangan ini berproses sejalan dengan pertumbuhan
fisik dalam proses perkembang biakan manusia. Hanya saja hal ini sangat
bergantung pada induknya, dalam hal ini kedua orang tuanya. Sejauh mana kedua
orang tuanya memperkenalkan calon generasinya dengan Allah Subhanahu wa
ta’ala yang menciptakannya, sejauh itu pula kualitas ideologisnya. Sebagaimana sabda
Rasulullah Sallahu ‘alaihi wasallam :
Artinya : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu-bapaknyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad, Malik).
Karenanya, kita
sebagai orang tua hendaknya betul-betul membimbing dengan penuh tanggung jawab
generasi kita, tidak hanya aspek perkembangan fisiknya saja, akan tetapi aspek
ideologinya juga harus kita bimbing. Wallahu A’lam []
*Penulis adalah pendidik di Sleman Yogyakarta,
twitter @Subliyanto
0 Komentar