Telusuri

Analisis : Manusia Makhluk Biologis dan Ideologis

Oleh : Subliyanto*
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia” (QS.Yasin : 82).

Adanya segala sesuatu dalam keidupan ini merupakan keniscayaan bagi semua manusia, dan juga makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang lainnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Yasin ayat 82 di atas.


Dalam kehidupan, setiap makhluk hidup akan berkembang biak sesuai dengan komunitas dan habitatnya. Sementara manusia dalam menjalani kehidupannya akan melalui tahapan-tahapan yang mana dari setiap tahapan terdapat sebuah proses yang harus dijalani,.

Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahapan di dalam kandungan, tahapan di dunia, tahapan di alam kubur, dan tahapan kehidupan yang sesungguhnya, dimana manusia dibangkitkan dari alam kubur kelak di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Dari tahapan-tahapan tersebut sejatinya manusia adalah makhluk biologis dan makhluk ideologis.

Manusia sebagai makhluk biologis merupakan makhluk yang berkembang biak secara alamiah untuk mempertahankan komunitas dan habitatnya. Sementara manusia sebagai makhluk ideologis merupakan makhluk yang menjalani tahapan dimana ia dikenalkan dengan sebuah keyakinan yang dapat mengantarkan dirinya kepada kehidupan yang sesungguhnya.

Kehidupan yang sesungguhnya adalah sebuah kehidupan yang kekal. Pada kehidupan itu semua manusia akan dibangkitkan menghadap penciptanya, dan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya hingga ia mendapatkan tempat yang layak baginya di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Sebagai makhluk biologis manusia berkembang biak untuk mempertahankan komunitasnya. Manusia mengalami perubahan dan perkembangan secara fisik hingga ia lahir dengan sempurna. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14 .
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. al-Mu’minun :12-14)

Agar hal ini berproses dengan sempurna, maka membutuhkan dukungan dari pemenuhan aspek-aspek kesehatan, mulai dari vitamin, protein, mineral, dan zat-zat pendukung lainnya selama dalam kandungan.

Adapun manusia sebagai makhluk ideologis, manusia mengalami perubahan dan perkembangan secara aspek spiritual. Manusia meyakini akan keberadaan Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai penciptanya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172 :

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. Al-A’raf : 172)

Perubahan dan perkembangan ini berproses sejalan dengan pertumbuhan fisik dalam proses perkembang biakan manusia. Hanya saja hal ini sangat bergantung pada induknya, dalam hal ini kedua orang tuanya. Sejauh mana kedua orang tuanya memperkenalkan calon generasinya dengan Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakannya, sejauh itu pula kualitas ideologisnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Sallahu ‘alaihi wasallam :

Artinya : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu-bapaknyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad, Malik).

Karenanya, kita sebagai orang tua hendaknya betul-betul membimbing dengan penuh tanggung jawab generasi kita, tidak hanya aspek perkembangan fisiknya saja, akan tetapi aspek ideologinya juga harus kita bimbing. Wallahu A’lam []

*Penulis adalah pendidik di Sleman Yogyakarta, twitter @Subliyanto

Posting Komentar

0 Komentar