Telusuri

Tantangan Pendidikan Generasi Masa Depan dalam Perspektif Islam


(Komparasi Edukatif Antipatif Antar Generasi Menuju Generasi Yang Lebih Baik)

Oleh : Subliyanto*

"Setiap kalian adalah pengembala dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang pemimpin adalah pengembala dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang laki-laki adalah pengembala di keluarganya dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang wanita adalah pengembala di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang pelayan adalah pengembala pada harta majikannya dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Setiap kalian adalah pengembala dan kalian bertanggung jawab atas gembalaannya". (Muttafaqun 'alaihi)

Demikian pesan Rasulullah SAW. terkait tanggung jawab manusia. Dan sebagai orang tua, Rasulullah SAW. melimpahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada kedua orang tuanya sebagai penanggung jawab yang utama.

Imam al-Gazali mengatakan, "Anak adalah amanat di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apapun, mudah condong pada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dengan kebaikan itu. Dampaknya orang tua akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan seperti dilalaikannya hewan, pasti anaknya akan celaka dan binasa. Dosanya akan melilit leher orang yang seharusnya bertanggung jawab atasnya dan menjadi walinya". (Prophetic Parenting : 46)

Dari pesan tersebut, menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab utama kita sebagai orang tua terhadap pendidikan anak-anak kita. Dan sudah tentu hal ini menjadi perhatian yang berskala perioritas bagi kita.

Dalam kitab As-Sa'adah al-'Uzhma, karya asy-Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain, Rahimahullah, halaman 90 juga tetuang pesan bagi para orang tua dan guru tentang tanggung jawab kita, baik sebagai orang tua maupun sebagai guru. Dipesankan bahwa :

"Wahai para orang tua dan guru, apabila engkau melempar tanggung jawab anak ke tempat pengembalaan dan perkemahan, saya khawatir engkau akan mendapatkan azab berlipat. Engkau diazab karena mencemari mutiara yang dimuliakan itu dengan azab yang pedih. Kemudian engkau juga akan diazab karena ikut ambil bagian dalam kejahatan itu".

Sungguh merinding, membaca semua pesan tersurat di atas. Betapa tidak, nyaris semua tindak-tanduk anak-anak kita bertumpu pada orang tua sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab utama dalam mendidiknya. Namun demikian, hal itu bukan berarti menyurutkan semangat kita dalam mendidik putra-putri kita. Akan tetapi hal tersebut harus menjadi asupan motivasi bagi kita dalam melaksanakan dakwah yang utama, yaitu diri kita dan keluarga kita, termasuk di dalamnya anak-anak kita. Hal itu merupakan bagian dari implementasi ketakwaan kita. Sebagaimana telah termaktub dalam firman-Nya :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (QS. at-Tahrim : 6)

Seiring perkembangan zaman, tentu kaifiyah at-tarbiyah untuk anak-anak kita juga mengalami dinamika yang secara tidak langsung juga menuntut diri kita sebagai orang tua untuk senantiasa terus belajar. Karena dalam perspektif digital, orang tua bagi anak-anaknya ibarat Aplikasi Google Map yang harus terinstall pada diri anak. Sehingga mempunyai peran penting dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam menjalani hidup dan kehidupan mereka. Maka updating perangkat dan aplikasi, dalam hal ini ilmu pengetahuan bagi diri para orang tua juga sangat dibutuhkan, baik secara rutin maupun secara berkala. Sehingga dengan demikian, kita sebagai orang tua dapat memberikan arahan dan bimbingan yang tepat kepada anak-anak kita. Terkhusus tepat berdasarkan kacamata agama.

Membahas tentang zaman, maka kaitan pembahasannya juga tentang generasi, yang tentu juga sangat erat kaitannya dengan sistem edukasi pada masing-masing. Dalam teori kekinian, generasi dikenal dengan beberapa istilah, yaitu Baby Boomers, generasi X, Y, Z millenials hingga Alpha.

Dikutip dari laman kompas.com, menurut Beresfod Research, secara umum pengelompokan generasi adalah : a) Gen Z : kelahiran 1997-2012 dan berusia antara 9-24 tahun pada 2021. b) Gen Y atau Millennials: kelahiran 1981-1996 dan berusia antara 25-40 tahun pada 2021. c) Gen X : kelahiran 1965-1980 dan berusia antara 41-56 tahun pada 2021. d) Baby Boomers: kelahiran 1946-1964 dan berusia antara 57-75 tahun pada 2021. Dan, e) yang terbaru adalah Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir antara tahun 2010-2011 hingga sekarang. (Kompas.com, 26/12/2021). 

Dan dari masing-masing klasifikasi generasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga secara otomatis kaifiyah at-tarbiyah nya pun membutuhkan penyesuaian. Namun disini penulis tidak membahasnya karakteristik tersebut secara rinci. Pembaca bisa mengkajinya lebih jauh melalui jurnal dan laman riset yang sudah tersaji dan mudah untuk diakses di era digital saat ini.

Selanjutnya, lantas apa yang harus  dipersiapkan dan dilakukan kita para orang tua dan juga termasuk para guru dalam mengedukasi anak-anak kita yang bisa jadi putra-putri kita tergolong pada salah satu klasifikasi generasi di atas ?

Maka benarlah sebuah maqalah yang sudah tidak asing di telinga bahwa, "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". 

Dalam hal ini, sejenak penulis berlepas diri terkait sumber qail maqalah tersebut, mengingat di beberapa literatur masih debatible. Namun demikian kita bisa mengambil hikmah tersirat dari maqalah tersebut. Sehingga dengan demikian dapat ditarik benang merah akan urgensitas kaifiyah at-tarbiyah pada para generasi kita. Maka dari itu, setidaknya ada tiga hal yang harus terpatri dan disiapkan serta dilakukan oleh kita sebagai orang tua yang mendambakan putra-putri yang shaleh dan shalehah serta musleh dan muslehah.

Pertama adalah ilmu agama, termasuk di dalamnya ilmu adab. dimana ilmu agama merupakan pilar utama sebagai pondasi ilmu bagi anak-anak kita, pada posisi generasi apapun mereka lahir dan hidup. Sehingga keimanan dan ketakwaan anak-anak kita kokoh dan eksistensi mereka terjaga dimanapun mereka berada. Maka secara teoritis maupun praktis pesan-pesan Lukman kepada anaknya sebagaimana telah tersurat dalam al-Qur'an hendaknya kita tanamkan kepada anak-anak kita. 

Kedua, ilmu pengetahuan umum, dimana ilmu pengetahuan umum merupakan bagian dari cabang ilmu yang bersifat horizontal dalam interaksi sosial yang muaranya juga pada point pertama karena secara esensial sumber ilmu adalah Allah SWT yang Maha 'alim. Ilmu umum juga sangatlah penting sebagai pengembangan implementatif dari point pertama, guna mendukung peran putra-putri kita dimanapun kelak berada. 

Ketiga, ilmu Informasi dan Teknologi (IT), dimana hal tersebut juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan di era saat ini dan bisa jadi kecanggihannya melebihi zaman kita dan bisa jadi pula anak-anak kita berada pada zaman tersebut. Maka semua yang berkaitan dengan ilmu layak bahkan wajib kita kuasai sebagaimana dalam teori usul fiqih. Urgensitas para orang tua dan guru akan IT merupakan bagian dari sistem balancing terhadap point pertama dan kedua karena diantara peran kita sebagai orang tua dan guru adalah juga bersifat kontroling terhadap aktivitas anak-anak kita.

Ketiga ilmu tersebut di atas, bak dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kendatipun sekilas tampak terkotak-kotak. Namun muara dari semuanya adalah satu yaitu Dzat yang Maha 'Alim sebagai sumber utama ilmu. Sehingga ketiganya perlu terintegrasi dan terorientasi menuju visi kehidupan yang hakiki.

Sebagai closing dari tulisan ini, penulis nukilkan pesan Rasulullah SAW., Dalam dialog beliau dengan Utsman bin Mazh'un yang saat itu sedang menggendong anaknya, beliau berpesan di akhir dialognya, "Orang yang memberikan sesuatu kepada anak kecil dari keturunannya sampai dia ridha, Allah akan memberikan padanya apapun di hari kiamat sampai dia ridha". (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir dari Watsilah Ibnul Asqa', RA.)

Semoga catatan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sebagai wasiat kepada pribadi penulis, dan semoga juga bermanfaat bagi para orang tua dan guru dalam mendidik putra-putrinya serta semua murid-muridnya. Wallahu a'lam []

Posting Komentar

0 Komentar