Telusuri

Musim Paceklik dan Sikap Seorang Muslim

Ilustrasi Foto By. Google

Oleh : Subliyanto
Berangkat dari diskusi singkat via What'sApp dengan seorang sahabat tentang kondisi sosial ummat dengan tema "Paceklik", dimana paceklik itu sendiri secara mudahnya berarti musim susah dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, yang tentu kaitannya dengan perekonomian. Dalam diskusi singkat tersebut muncullah sebuah pertanyaan, "Benarkah saat ini musim paceklik ?". Sahabat pun menjawab "Menurut pribadi saya, kondisi saat ini paceklik bagi sebagian dan makmur bagi sebagian". Sayapun menimpalinya dengan bait do'a, "Semoga dimudahkan segala urusan kaum muslimin, sehingga kebutuhannya bisa terpenuhi".

Membahas tentang paceklik atau mudahnya kita sebut dengan istilah krisis kemiskinan, tentu sudah menjadi maklum bahwa adanya kesusahan merupakan sunnatullah, yang tentu hal tersebut bukan hadir tanpa tujuan. Dan juga sudah mafhum dan maklum bahwa setiap manusia akan diuji dengan berbagai macam ujian, yang diantanya adalah ujian kesusahan. Hal itu sebagai barometer kualitas dan kuantitas sejauh mana keimanan kita kepada Allah yang Maha kaya. Dan bagi seorang mukmin, tentu akan segera melakukan introspeksi diri guna memperkokoh keimanannya dengan tetap istiqamah berada di jalan-Nya dalam setiap aspek kehidupannya. 

Tentu hal ini tidaklah mudah. Akan tetapi membutuhkan tadribat untuk senantiasa menyadari bahwa segala yang terjadi tidaklah lepas dari skenario sang pemilik alam, Allah SWT. Sehingga hanya kepada-Nyalah semua kejadian dikembalikan, tanpa melepas ikhtiyar-ikhtiyar kehidupan yang sudah digariskan. Dengan demikian jiwanya akan selalu merasa tenang kendatipun dalam kondisi kesusahan. Karena ia sadar bahwa manusia tidak mempunyai hak milik yang bersifat permanen, namun hanya memiliki hak pakai yang bersifat temporer.

Menumbuhkan Kepedulian Sosial

Tidak ada salahnya kalau kita buka kembali sejenak buku sejarah perjuangan Rasulullah SAW. bersama para sahabatnya tentang sahabat muhajirin dan sahabat anshar, sebagai motivasi bagi kita untuk senantiasa menguatkan keimanan kita.

Dalam buku "Muhammad Sang Yatim" karya Prof. DR. Muhammad Sameh Said, pada pasal 16 bab "Konfrontasi", dijelaskan bahwa, kehidupan kaum muhajirin di madinah sangatlah sulit, sekalipun kaum anshar berusaha membantu mereka sekuat tenaga. Kedatangan orang-orang muhajirin ke Madinah yang terus bertambah, secara tidak langsung menciptakan kondisi ekonomi yang sulit.

Kaum muhajirin meninggalkan semua harta yang mereka miliki di Makkah. Dan mereka menjadi tamu bagi penduduk Madinah, dimana harus rela bersempit-sempitan dengan keluarga yang lain. Mata pencarian pun terpaksa berubah dengan menekuni dunia bercocok tanam, satu profesi baru bagi mereka.

Sulitnya kehidupan semakin bertambah dengan menyebarnya wabah penyakit di kota Madinah. Dan tidak sedikit dari sahabat Rasulullah SAW. yang menderita demam parah, sehingga mereka harus melakukan shalat dengan duduk. Kondisi ini membuat meraka rindu pada kota Makkah.

Kaum muhajirin terus bertambah banyak, sampai sebagian mereka tak lagi mempunyai bekal dan tempat tinggal. Semakin bertambahlah jumlah orang-orang miskin dari kaum muslimin. Krisis kemiskinan yang parah melanda kaum muslimin, sampai mereka tidak lagi menemukan sesuatu untuk menyambung hidup mereka. Dan Rasulullah SAW. senantiasa menguatkan semangat mereka dan beliau bersabda :

"Seandainya kalian tahu derajat kalian di sisi Allah, niscaya kalian lebih suka untuk bertambah menjadi lebih susah dan lebih miskin". (HR. Tirmidzi : 2368 & Ahmad : 6/18)

Bahkan, Rasulullah SAW. sendiripun menghabiskan malam-malamnya tanpa api dapur menyala di rumahnya. Tidak ada makanan yang dapat di masak. Bahkan, beliau lebih banyak menderita rasa lapar, sehingga terpaksa menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi, sebab di rumahnya tidak ada lagi gandum yang tersisa. (HR. Bukhari : 2509 & Muslim : 124/1603)
***
Dari kisah di atas, dapat di ambil hikmah bahwa kesulitan dan kesusahan merupakan sebuah ujian keimanan dan ketaatan. Sesulit dan kesusahan apapun kondisi kita hendaknya tetap senantiasa menjaga keimanan dan ketaatan kita kepada Allah. Sehingga langkah dan gerak kita tetap on the right track.

Mengutip pesan sahabat saya di atas bahwa "kondisi saat ini paceklik bagi sebagian dan makmur bagi sebagian", maka dengan merujuk pada sejarah di atas, dapat ditarik benang merah agar terpatri pada diri kita sikap kepedulian sosial dengan menumbuhkan sikap simpati dan empati kepada saudara-saudara kita. Sehingga dengan demikian aura ukhuwah dalam kehidupan sosial akan terus terpancar dalam keseharian kita.

Semoga catatan singkat ini bermanfaat. Catatan ini bukan dalam rangka menggurui, akan tetapi merupakan bagian dari wasiat kepada pribadi penulis dan kepada pembaca sebagai bentuk implementasi dari surat al-Ashr. Wallahu a'lam []

Posting Komentar

0 Komentar