Telusuri

Hidup Sederhana Menuju Predikat Mulia


Suatu hari dua sejoli pasangan suami istri, Ali dan Fatimah datang menghadap Rasulullah SAW, meminta bagian rampasan perang. Kemudian Rasulullah SAW, sebagai panglima perang berkata : "Tidak, aku tidak akan memberikan sesuatupun kepada kalian, aku hanya akan mendoakan kalian berdua termasuk ahli suffah, yang perutnya senantiasa merasa lapar, karena aku tidak mendapati yang bisa diberikan kepada selain kalian".

Alhi suffah dalam terminologi tasawwuf maksudnya adalah orang yang senantiasa dalam shaf Nabi dengan hidup sederhana.

Lanjut cerita, malampun semakin larut, udara sangat dingin menusuk tulang sehingga susah sekali melangkahkan kaki. Kedua pasangan suami istri inipun tidur di atas alas yang keras. Keduanya berusaha untuk istirahat tidur, tetapi keduanya tidak bisa jua tidur karena udara begitu dingin. Ketika kain penutup ditariknya ke atas kedua kepalanya, maka kaki-kaki mereka terbuka, demikian juga sebaliknya sehingga keduanya kedinginan.

Tak lama kemudian Rasulullah SAW, datang dan berkata : "Ketahuilah aku akan mengabarkan kepada kalian apa yang kalian minta". Keduanya secara serentak bersama-sama berkata, "Ya wahai Rasulullah !". Rasulullah SAW, pun bersabda : "Sungguh Jibril telah mengajarkanku beberapa kalimat, beratsbihlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali setiap kali selesai shalat, sepuluh kali bertahmid, dan sepuluh kali bertakbir. Jika kalian berdua hendak beranjak ke tempat tidur maka bertasbihlah sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, dan bertakbir sebanyak tiga puluh tiga kali". (Majma' az-Zawaid, 10/100).

Maka kehidupan kedua sejoli inipun diberkahi. Kemudian keduanya dianugrahi putra Hasan kemudian Husen. Kedua cucu Rasulullah SAW, ini telah memberi penawar, penyejuk mata, dan mengisi kerinduan kakek mereka di usianya yang kelima puluh tujuh tahun setelah ditinggalkan khadijah dan kedua anak laki-lakinya.

Dari kisah di atas dapat diambil hikmah pelajaran bahwa betapa pentingnya hidup sederhana dalam keseharian kita, terlebih hidup di zaman saat ini yang notabeni kita disuguhkan dengan pemandangan hidonisme di hampir setiap pandangan kita, yang kadang tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sehingga setiap manusia berlomba-lomba untuk tampil dengan gagah dan mewah, padahal semua itu tidaklah bermakna tanpa barokah. Bahkan, tidak hanya demikian, namun arus kehidupan hidonisme kalau kita kaitkan dengan petuah Rasulullah SAW, juga merupakan bagian salah satu tanda-tanda hari kiamat.

Miskin dan kaya merupakan hal yang sudah biasa, tapi siap miskin adalah sebuah hal yang langka. Hanya dengan berpegang teguh pada konsep-konsep agamalah yang dapat mengantarkan kita pada hakikat esensial kehidupan yang sesungguhnya. Derasnya arus pemikiran yang dapat mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kehidupan merupakan sebuah fakta. Namun kekuatan benteng agama merupakan filter dari segalanya.

Maka semoga dengan kisah ini dapat menjadikan kita sebagai insan yang sederhana dalam segala hal, dan dapat mencontoh kesederhanaan beliau dalam setiap pola hidup dan kehidupan kita, kendatipun saat ini kita hidup di zaman yang berbeda. []

*Ditulis oleh Subliyanto dengan sumber rujukan kisah, buku "Muhammad Sang Yatim"

Posting Komentar

0 Komentar