Telusuri

Kue Lapis dan Potret Kehidupan

Oleh : Subliyanto*

Ketika kita berkunjung ke pasar, mungkin kita tidak asing dengan yang namanya kue lapis. Salah satu jajanan pasar yang cukup laris.

Tampilannya yang cukup menarik, berlapis dan berwarna-warni bak pelangi membuat banyak orang melirik dan tertarik untuk mengkonsumsinya. 
Namun dibalik tampilannya yang menarik, kue ini terdapat kekurangan yang membuat penikmatnya kurang berminat. Yaitu kue ini tidak bisa bertahan lama. Kue lapis mudah basi, sehingga cocok untuk dikonsumsi ketika kue ini baru mateng.

Nah inilah sebetulnya potret kehidupan di dunia. Dunia dan isinya hanyalah bersifat sementara. 

Dunia penuh dengan corak dan warna yang semuanya indah dipandang oleh mata. Namun semuanya akan hancur dan menjadi tidak berguna. Ibarat kue lapis isi dunia ini akan basi, tidak peduli ia berada di lapisan yang mana dan berwarna apa.
Maka sangat disayangkan jika keberadaan manusia di dunia ini bersifat sombong. Entah karena posisinya di lapisan masyarakat, maupun karena warnanya, karena semuanya akan binasa.

Cukuplah menjadi renungan pesan edukasi Luqman kepada anaknya yang Allah abadikan dalam firmanNya sebagai bekal untuk manusia dan para generasinya. Luqman berpesan :

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Makna ayat di atas menurut Al-Qurthubi, “Janganlah kamu palingkan mukamu dari orang-orang karena sombong terhadap mereka, merasa besar diri, dan meremehkan mereka.” Maka yang dimaksud adalah hadapkanlah wajahmu ke arah mereka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Apabila orang yang paling muda diantara mereka berbicara dengannya, dengarkanlah ucapannya sampai dia menghentikan pembicaraannya. Demikian yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Luqman juga berpesan : "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19).
Al-Qurthubi mengatakan, setelah Luqman memperingatkan anaknya agar waspada terhadap akhlak tercela, ia lalu menggambarkan kepadanya akhlak mulia yang harus dikenakannya. Yakni bersikap pertengahanlah kamu dalam berjalan. Cara jalan pertengahan yaitu antara langkah cepat dan lambat. Hanya Allah yang lebih mengetahui makna yang dimaksud. Akan tetapi, Allah sendiri memuji orang yang bersikap demikian sebagaimana yang telah disebutkan keterangannya dalam surat Al-Furqan :
"Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” (QS. Al-Furqan: 63).
“Lunakkanlah suaramu.” maksudnya kurangilah suaramu dari suara yang keras. Dengan kata lain, janganlah kamu memaksakan diri mengeluarkan suara yang sangat keras, tetapi dalam batasan seperlunya. Makna secara keseluruhan dari surat Lukman ayat 19 di atas ialah bersikaplah tawadhu’ atau rendah hati.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam kebaikan. Wallahu a'lam []

Posting Komentar

0 Komentar