Oleh : M. Anwar Djaelani*
“Para Pemuda Palestina Shalat Jumat dan Berdoa di Jalan-jalan Yerusalem” (www.salam-online.com 04/072015). “Pasukan Zionis Israel Tembak Imam Masjid Al-Aqsha Usai Shalat” (www.kiblat.net 19/072017). “Situasi Masjid Al-Aqsha Genting, Warga Sipil Palestina Tewas” (www.republika.co.id 22/07/2017). Tiga berita ini cukup mewakili suasana mencekam yang kembali berulang di Palestina dan terutama di seputar Masjid Al-Aqsha.
*Brutal, Brutal!*
Sungguh sedih! Maka, agar cukup lengkap terasakan situasi mencekam di sekitar Masjid Al-Aqsha, berikut ini petikan agak lengkap dari ketiga berita di atas.
Dari dari berita pertama, bahwa para pemuda Palestina melaksanakan shalat Jum’at di jalan-jalan Yerusalem Timur. Aksi tersebut dilakukan sebagai tindakan protes kepada penjajah Zionis karena melarang Muslim melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsha.
Penjajah mengerahkan ratusan pasukannya untuk menjaga perbatasan di seluruh Kota Tua Yerusalem Timur, sementara pemuda Palestina tetap melakukan doa bersama di Kota Tua Yerusalem dekat komplek dan lingkungan Wadi al-Joz. Pembatasan ke Masjid Al-Aqsha telah diberlakukan oleh penjajah Zionis terhadap warga Palestina selama beberapa bulan terakhir di paruh pertama 2017.
Kepala Wakaf Islam Masjid Al-Aqsha Syaikh Azzam al-Khatib mengatakan, bahwa Al-Aqsha telah menjadi pusat penahanan terhadap Muslim dan masjid itu telah berubah menjadi barak militer yang telah dikelilingi oleh tentara Zionis beberapa bulan terakhir.
Di awal pekan Juli 2017, pasukan Zionis menyerbu desa Palestina Shufat, dan menurunkan bendera Palestina dari rumah dan toko-toko. Mereka juga mengancam bagi siapa-pun yang mengibarkan bendera Palestina.
Sekarang, dari berita kedua. Dikabarkan bahwa pasukan zionis Israel telah menembak seorang Imam Masjid Al-Aqsha setelah melaksanakan shalat pada 18/07/2017 malam. Sejumlah orang juga menjadi korban dari kejadian itu. Sang Imam -Syaikh Ikrima Sabri- mengalami luka setelah terkena peluru Israel. Penembakan terjadi setelah Syaikh Ikrima melakukan shalat di luar gerbang Masjid Al-Aqsha. Selain Syaikh Ikrima, sejumlah warga yang ikut shalat berjamaah di depan gerbang masjid juga terluka.
Pasca-penembakan itu, Menteri Agama Turki Mehmet Gormez melayangkan kecaman. Melalui akun Twitternya dia juga mengenang peristiwa pembantaian di Masjid Ibrahimi, Hebron pada 1994. “Kita telah menghadapi rasa sakit yang luar biasa. Insiden yang terjadi di Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya telah membawa orang yang bijak merasa khawatir,” tulis dia.
Perlu diketahui, pasukan Israel telah menutup Masjid Al-Aqsha, sehingga umat Islam Palestina terpaksa shalat di luar gerbang. Penembakan Imam Syaikh Ikrima Sabri terjadi setelah gugurnya Rafaat al-Herbawi dalam demonstrasi di depan Masjid al-Aqsha yang menewaskan lima orang.
Kemudian, dari berita ketiga. Dikabarkan, bahwa tiga orang Palestina tewas, sedangkan 140 orang lainnya luka-luka. Media Aljazeera, pada 21/07/2017, melaporkan insiden itu terjadi di tengah demonstrasi yang menentang aksi militer Israel atas kompleks Masjid Al-Aqsha. Kejadian pertama menewaskan Muhammad Mahmoud Sahraf, seorang remaja Palestina berusia 18 tahun, di Ras al-Amuhd, Yerusalem Timur. Kejadian kedua menewaskan pria Palestina seusai shalat Jum’at 21/07/2017. Korban atas nama Muhammad Mahmoud Khalaf itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit terdekat. Adapun korban ketiga, Muhammad Hasan Abu Ghanam, juga tewas setelah terlibat bentrok dengan aparat militer Israel pada hari yang sama di Tepi Barat.
Dalam beberapa hari terakhir di pekan kedua Juli 2017, kekuatan militer Israel kian merangsek menuju Masjid Al-Aqsha. Israel bahkan melarang siapa-pun Muslim yang berusia di bawah 50 tahun untuk memasuki kawasan suci bagi umat Islam itu. Para tentara itu menyiapkan alat deteksi logam untuk menyaring para jamaah masjid. Mereka juga sempat menembakkan amunisi, gas air mata, dan peluru karet untuk menghalau massa yang memrotes.
Usai shalat Jum’at pada 21/07/2017, massa mulai bertambah banyak. Tensi emosi sudah terasa karena agitasi yang dilakukan tentara Israel. Sebuah video merekam bagaimana seorang aparat Israel menendang seorang Muslim yang sedang menunaikan shalat di atas jalan, lokasi shalat Jum’at.
Para tokoh Muslim dari penjuru dunia mengutuk keras cara-cara militer Israel menghalang-halangi akses ke Masjid Al-Aqsha. Sementara, pemimpin Hamas Ismail Haniya memeringatkan Israel agar tidak melintasi 'garis tegas' (red line) yakni kompleks Masjid Al-Aqsa.
*Perlu Gerakan*
Di sepanjang sejarah, kaum Yahudi akan terus bersikap melampaui batas. Mengapa? Antara lain, karena di Yahudi ada ajaran bahwa bangsa yang paling pilihan dan diistimewakan Tuhan di dunia ini, tidak lain hanyalah Bani Israil. Kaum Yahudi menilai segala pendapat dari pihak lain, sekalipun itu benar, tak akan pernah diterima. Pendapat dari yang selain berdarah Israel, dianggap tak sah. Akibatnya, mereka arogan. Mereka selalu bersikap mau menang sendiri dan –oleh karena itu- selalu melampaui batas.
Lihatlah sejarah, terutama di Palestina (dan sekitarnya). Di sana, telah lama Yahudi-Israel membuat masalah. Himbauan, kecaman, dan tekanan dunia, tak pernah dihiraukan Israel.
Yahudi itu suka berbuat dosa. “Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu“ (QS Al-Maaidah [5]: 62).
Kini, dalam duka, kita harus selalu bisa membantu saudara-saudara kita di Palestina dan terutama yang ada di sekitar Masjid Al-Aqsha. Bantulah dengan sejauh apapun yang mungkin bisa kita berikan: Harta, jiwa, tenaga, doa, dan lain-lain. Misal, kita bisa membantu melalui cara yang relatif mudah yaitu jangan membeli produk-produk yang –langsung atau tidak langsung- akan menguntungkan Israel. Buatlah hal yang disebut terakhir itu sebagai sebuah gerakan yang berketerusan! []
*Penulis tinggal di www.anwardjaelani.com
0 Komentar