Telusuri

JANGAN BIARKAN GENERASI KITA DALAM KEBINGUNGAN



(Sebuah Pesan Untuk Orang Tua dan Guru Afi Nihaya Faradisa)
 
Oleh : Subliyanto*

Baru-baru ini kita disuguhkan dengan status seorang pelajar yang cukup lantang melalui penanya menyuarakan tentang agama, bangsa, dan negara, dengan pesan perdamaian.

Afi Nihaya Faradisa, perempuan yang lahir di Banyuwangi pada tanggal 23 Juli 1998, yang melalui akun facebooknya ia menulis artikel singkat yang berjudul "warisan".

Tulisan yang berjudul "warisan" itu sontak menjadi sorotan publik dan meramaikan perbincangan di dunia maya. Pro dan kontrapun mewarnai tanggapan dari tulisan tersebut. Dan hal itu bersifat wajar karena tulisannya memang bias dan remang-remang, serta tersirat unsur pluralisme.

Hal ini memang menarik, karena seusia Afi sudah bisa bicara agama, bangsa, dan negara. Yang artinya adalah dia peduli kepada agama, bangsa, dan negara.

Tentu ini merupakan didikan yang luar biasa, baik oleh kedua orang tuanya maupun oleh gurunya. Dan hal itu juga merupakan sebuah prestasi yang perlu diapresiasi agar menjadi motivasi bagi generasi Indonesia yang lainnya.

Namun demikian, perlu kiranya dilakukan pendampingan dan bimbingan kepada anak tersebut agar yang ia tulis dan ia suarakan betul-betul menunjukkan jati dirinya sebagai seorang muslim dan sebagai warga negara indonesia. Sehingga argumentasi yang ia sampaikan melalui goresan penanya tidak bias, dan tidak remang-remang. Karena ia masih pelajar. Semangat belajarnya inilah yang perlu kita apresiasi. Dan jangan biarkan ia dalam kebingungan.

Jika Afi masih menganggap agama islam yang melekat pada dirinya adalah warisan maka perlu kiranya untuk didampingi oleh guru dan orang tuanya untuk mempelajari islam secara total, atau dalam istilah islam disebut dengan "kaffah", yang artinya adalah sempurna. Tentu dengan mempelajari alQur'an dan alHadits secara luas dan mendalam. Sehingga ia betul-betul yakin dan paham dengan konsep-konsep agama yang melekat pada dirinya.

Allah berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]

Afi melalui tulisannya menyampaikan "Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka".

Maka tugas orang tua dan gurunya untuk meyakinkan kembali pada dirinya bahwa islam yang melekat pada dirinya memang satu-satunya agama yang benar. Katakan dan jelaskan padanya bahwa yang mengatakan adalah Allah melalui firmannya.

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]

Afi juga melanjutkan dalam artikelnya : "Ternyata, teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata. Maka, bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu."

Bagi saya lagi-lagi tugas orang tua dan guru untuk mendampingi karena Afi masih belajar. Sampaikan padanya kebenaran yang sudah tersurat dalam alQur'an, kitab suci umat islam, agama yang sudah melekat pada dirinya. Katakanlah bahwa dalam ajaran islam tidak ada paksaan dalam agama. Hal itu sebagaimana telah Allah firmankan : 

"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256)

Sampaikan juga bahwa dalam kiprahnya orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berhenti mempengaruhi kita hingga kita mengikuti millah mereka. Yakinkan dia (Afi) dengan alQur'an, firman Allah yang telah menjelaskan bahwa : 

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah merasa puas/ridha kepada kalian sampai kalian mau mengikuti millah (ajaran agama) mereka.” (QS. al-Baqarah [2]: 120).

Afi menyampaikan melalui status facebooknya pesan perdamaian yang mengatakan bahwa : "Menulis adalah salah satu hal yang saya pikir saya bisa lakukan untuk memberi kontribusi bagi bangsa ini dalam meluaskan sudut pandang, dalam menebarkan pesan perdamaian. Bahwa Kristen dan Islam tak harus bergesekan. Bahwa Cina dan Jawa sama-sama orang Indonesia."

Maka perlu juga disampaikan oleh orang tua dan gurunya bahwa islam itu adalah agama yang damai, agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Ajarkan dan yakinkan padanya bahwa islam telah mengajarkan toleransi. Allah berfirman : 

“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Al-Kafirun)

Lagi-lagi saya menilai bahwa Afi masih belajar, maka pendampingan dalam belajarnyalah yang perlu diseriusi dan diperhatikan agar ia menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim. Sehingga ia tidak punya anggapan lagi bahwa agamanya adalah warisan.

Kita memang perlu mengapresiasi prestasi pemuda dan pemudi Indonesia, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Dan apresiasi yang kita berikan tidaklah hanya sebatas piala dan sorotan kamera saja. Akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengarahkannya dengan memberinya hadiah ilmu yang akan mengantarkan dirinya pada kebenaran yang hakiki. Wallahu A'lam []

*Penulis adalah pemerhati pendidikan. Twitter @Subliyanto. Website www.subliyanto.id

Posting Komentar

0 Komentar