Telusuri

Manusia dan Dunia Maya

Oleh : Subliyanto*
Dunia maya bukanlah sesuatu yang asing di mata, telinga, dan tangan kita. Lahirnya berbagai media sosial yang terkemas dalam bentuk mobile dan sejenisnya dengan mudah dapat merubah pola hidup dan kehidupan manusia. Bahkan nyaris menguasai peradaban manusia. Mulai dari pelosok desa hingga keramaian kota.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran media sosial dapat mempermudah interaksi sosial manusia dalam segala aspek kehidupannya. Dan juga tidak dapat dinafikan bahwa keberadaan media sosial terkadang juga membawa manusia kepada kelalaian. Sehingga melupakan dan mengabaikan hal-hal yang bersifat urgen dalam kehidupannya, terutama hal yang berkaitan dengan koredor agama, baik ‘ubudiyah, muamalah, maupun akhlakul karimah.

Sehingga penting kiranya untuk kita mengendalikannya dan memanfaatkannya untuk kebaikan, sebagai bentuk syukur kita kepada Allah terhadap lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah-tengah kita, karena hakikat syukur adalah berterimakasih kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan memanfaatkannya dengan baik serta untuk kebaikan.

Dalam hal ‘ubudiyah, tidak sedikit dari pengguna media sosial yang menomor duakannya karena keasyikan dengan media sosialnya, entah itu facebook, twitter, whatsapp, dan semacamnya. Sebut saja yang paling utama adalah shalat, maka jangan sampai keasyikan kita dengan media sosial dapat membuat kita lupa bahwa shalat merupakan kewajiban yang harus kita tunaikan manakala waktunya sudah tiba. Untuk itu segeralah tutup aplikasi media sosialnya ketika panggilan shalat sudah tiba.

Pada tatanan muamalah atau interaksi sosial, maka hendaknya kita gunakan media sosial sebagai fasilitas muamalah dengan baik dan bijaksana, sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan diri kita dan juga orang lain.

Sementara kaitannya dengan akhlakul karimah, mungkin ini yang tidak kalah pentingnya untuk kita perhatikan. Karena setiap tulisan kita penuh dengan makna walaupun hanya sebait rangkaian kata. Tidak sedikit dari pengguna media sosial yang meupdate statusnya dengan sesuatu yang bersifat informatif dan ekspresif dalam kesehariannya.

Status bersifat informatif, entah bersumber dari pribadi maupun bersumber dari media lain maka hendaknya kita memilah dan memilihnya, jika itu kebaikan dan kebenaran yang tentunya akan bermanfaat untuk khalayak maka tidak ada salahnya untuk kita sebarkan. Namun jika itu adalah keburukan maka hendaknya kita menahan jari kita untuk menyebarkannya karena itu akan membawa kepada kemadharatan.

Status bersifat ekspresif merupakan hal sudah menjadi tren dalam dunia maya, mulai dari tulisan sampai pada tampilan foto dan video, yang seakan mewakili diri si pengguna media sosial terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan, namun juga hendaknya tidak berlebihan.

Budaya Selfie
Maraknya budaya selfie patut kiranya menjadi renungan dan perhatian kita, khususnya bagi kaum hawa dan tidak luput juga bagi para kaum pria. Bagi kaum pria hendaknya tidak berlebihan dalam memposting foto apalagi sampai melampaui batas etika dan moral, karena hal itu akan menjadi sumber perbincangan yang akan berdampak negatif bagi dirinya.

Nah bagaimana dengan kaum hawa ?
Hakikatnya kalau kita renungkan dari hati yang paling dalam dengan penuh keimanan dan ketakwaan, media sosial sangat riskan bagi kaum hawa, sehingga harus benar-benar dikendalikan penggunaan dan pemanfaatnnya, karena kaum hawa cenderung menjadi sorotan utama dalam dunia maya.

Apalagi kaum hawa yang setiap saat update status dan mengganti foto profilnya serta memposting foto selfienya. Karena hampir semua bagian tubuh kaum hawa adalah aurat, maka sudah sepantasnya untuk dilindungi bukan dipamerkan dan disebar luaskan.

Disadari atau tidak setiap foto yang diposting oleh kaum hawa bisa dipastikan dilihat oleh khalayak dunia maya khususnya teman medsosnya. Tidak hanya itu bahkan bisa mendapatkan komentar dan like yang luar biasa. Sekilas hal itu mungkin dinilai keren, namun pada hakikatnya itu adalah jebakan setan. Tentunya ini memang berat bagi kaum hawa. Untuk itu perlu dilandasi dengan penuh kesadaran dalam merubahnya.

Disini penulis tidak mengulas secara detail khususnya terkait seputar kaum hawa, karena memang sangat ekstream pembahasannya. Namun setidaknya semoga uraian ini menjadi renungan bagi kita sebagai pengguna media sosial, baik kaum adam dan terlebih kaum hawa agar kiranya berhati-hati dalam penggunaan media sosial.

Media sosial bagaikan pisau bermata dua, sehingga bergantung kepada penggunanya. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk kebaikan dari Allah dan dilindungi dari potensi kejahatan dan kemaksiatan.

“Status anda menunjukkan kondisi anda, dan foto anda menunjukkan profile anda”.

Wallahu A’lam


*Penulis adalah pemerhati pendidikan dan aktif di media sosial, tinggal di Sleman Yogyakarta, twitter @Subliyanto

Posting Komentar

0 Komentar