Telusuri

Pokemon Go dan Mental Seorang Muslim

Oleh: Subliyanto*
hidcom : Beberapa hari ini kita dihebohkan dengan bommingnya permainan game Pokemon Go. Game yang berbasis GPS tersebut disebut menjadi “virus” bagi penikmatnya.
Tidak hanya di kalangan pemuda, game tersebut juga diminati oleh kalangan dewasa, bahkan konon juga menjamur di lingkungan kerja, baik negeri maupun swasta.

Hal itu sontak menjadi perhatian khalayak, dan masih menjadi perbincangan hangat di berbagai media hingga saat ini.
Bahkan, untuk menyikapi hal tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Yuddy Chrisnandi juga angkat bicara.
Dikutip dari laman detik.com, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Yuddy Chrisnandi melarang aparatur sipil negara bermain game virtual berbasis GPS di seluruh instansi pemerintah. Karena dikhawatirkan pemerintah bisa mengancam keamanan.
Karena kekhawatiran itu, menteri Yuddy menerbitkan aturan Nomor: B/2555/M.PANRB/07/2016 pada Rabu (20/7). Aturan ini mengenai larangan bermain game virtual berbasis GPS di instansi pemerintah.
Lantas bagaimana sikap kita menyikapi menjamurnya Pokemon Go ?
Sebagai seorang muslim, kita mempunyai rujukan sederhana namun memiliki makna yang mendalam kaitannya dengan kualitas keislaman kita.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR : at-Tirmidzi)
Tentang hadits ini Imam Ibnu Rajab al-Hambal berkata bahwa : “Hadits ini adalah landasan yang penting dalam masalah adab”.
Dari hadits di atas, sudah jelas bahwa sebagai seorang muslim hendaknya kita meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kita, karena hal itu merupakan barometer dari kualitas keislaman kita.
Game Pokemon Go dan game-game yang lain merupakan sebuah permainan. Setiap permainan akan membuat seseorang terlena. Dan setiap sesuatu yang melenakan akan membawa seseorang pada kelalaian.
Semoga Allah melindungi kita dari sesuatu yang membuat kita terlena, dan menjauhkan kita dari sikap lalai akan tugas dan tanggung jawab kita. Wallahu a’lam.
*Penulis adalah pemerhati pendidikan, tinggal di Pelem, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Twitter @Subliyanto

Posting Komentar

0 Komentar