Musa La Ode Abu Hanafi (7 tahun) merupakan utusan Indonesia
satu-satunya yang berpartisipasi pada Musabaqah Hifzil Quran (MHQ)
Internasional di Sharm El-Sheikh Mesir pada 10-14 April 2016.
Dikutip dari laman Kemlu.go.id,
jumlah peserta MHQ Internasional Sharm El-Sheikh untuk semua cabang mencapai 80
orang yang terdiri dari 60 negara.
Musa mengikuti lomba cabang Hifz al-Quran 30 juz untuk golongan
anak-anak, dan merupakan peserta paling kecil di antara seluruh peserta lomba,
karena peserta lainnya berusia di atas sepuluh tahun. Namun, Musa berhasil
meraih juara ketiga dalam lomba tersebut.
Tentunya kesuksesan tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri,
khususnya bagi Musa dan kedua orang tuanya, serta Indonesia. Lantas apa rahasia di balik kesuksesan Musa ? Dan bagaimana
jadwal belajarnya ?
Dikutip dari laman www.headlineislam.com,
berikut cerita jadwal belajar Musa yang diceritakan oleh Ustadz Rohmanto Abu Al
Lait, Lc :
Saat menunggu di bandara Soeta kemarin bertemu dg Abu Musa.
Pertemuan yang pasti direncanakan Allah.
Saat bertemu, saya langsung tanya, Abu Musa, ya? Kemudian
langsung menebak beliau mau ke Mesir untuk lomba Tahfidz sedunia. Dan benar.
Dia satu-satunya yang mewakili Indonesia.
Obrolan dimulai dari jam 14.30-16.00, ana nyontek ilmu bagaimana
beliau menjadikan Musa yang berumur 7 tahun itu sudah mutqin hafal 30 juz.
Info tambahan, Musa sudah hafal 'Umdatul Ahkam, Arbain Nawawi,
Arbain hadits ust Yazid, dan telah selesai Durusul Lughoh.
Sekarang sedang menghafal Bulughul Maram. Semua program
menghafalnya Musa dilakukan mandiri oleh Abu Musa di rumah saja, dan berikut
aktivitasnya :
1. Pada awalnya Musa kata beliau juga sulit menghafal
sebagaimana umumnya anak, namun dengan ketekunan akhirnya hafal juga. Kunci
paling penting adalah Murajaahnya alias mengulang-ulang hafalan. Perlu
diketahui juga Abu Musa tidak hafal semua itu, namun bisa menjadikan Musa hafal
dengan kuat.
2. Pergaulan dijaga. Bisa dikatakan Musa kurang bergaul dengan
banyak anak, karena memang niat abinya untuk menjaga hafalan.
3. Televisi jauh jauh dah. Musa sangat dijaga jangan sampai
nonton televisi. Bukti, pas ana ngobrol dengan beliau di ruang tunggu kebetulan
pas di depan televisi beliau minta pindah. Pindah yuk, akh. Takut Musa nantinya
lihat televisi, kata beliau.
4. Makanan dijaga. Sari kurma, madu dan propolis selalu
diberikan kepada Musa dan adik-adiknya. Menghafal membutuhkan banyak energi !
5. Rutinitas harian Musa adalah: pagi setengah jam sebelum
subuh, tahajud menjadi imam untuk adik-adiknya. Kemudian Subuh berjamaah di
masjid. Setelah Subuh murajaahnya sampai jam 9 pagi. Musa kuat murajaah 10 juz
dalam sehari secara rutin.
6. Jam 9-10 Makan pagi dll.
7. Jam 10-Dhuhur: Tidur siang. Tidur ini hukumnya wajib untuk
Musa.
8. Habis Dhuhur nambah hafalan baru sampai Ashar.
9. Bada Ashar sekarang Musa sedang menghafal Bulughul Maram.
10. Jam 5-maghrib: Waktu bermain
11. Maghrib-Isya: Ikut taklim abinya. Sebelum Abinya nyampaikan
taklim, Musa mengawali dengan membaca hafalannya. Dan terkadang hadirin
dipersilakan bertanya mengetes. Ini berjalan hampir setiap hari.
Dan unik dan kadang bikin geli, banyak sekolah-sekolah yang
mengundang Musa dan ayahnya, dan pengin belajar cara menghafal. Padahal semua
tahu, Musa kan 'tidak sekolah'. Jadi yang sekolah malah belajar sama yang
'tidak sekolah'.
Semoga kisah obrolan di atas menginspirasi semua orang tua.
*Admin subliyanto.id
0 Komentar