Saat ini, perbincangan
tentang wanita adalah termasuk perbincangan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan
intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan
kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat
mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan
tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan kelemah-lembutannya
pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.
Untuk mengetahui bagaimana semestinya posisi kaum wanita yang tepat
maka kita perlu mengetahui bagaimana posisi kaum wanita di kalangan generasi
terdahulu sebelum datangnya Islam.
Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam
maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan
terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu
bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain.
Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara
pada bangsa yang lain mereka manjadi mahluk yang terhina dan dianggap
aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Allah berfirman tentang ratu Saba’: “Sesungguhnya aku (burung hud-hud) mendapati seorang ratu yang
menguasai mereka dan ia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana
yang besar” (An-Naml: 23).
Sementara di belahan bumi lain, Allah menceritakan sisi yang
berlawanan dari itu: “Dan apabila bayi-bayi
perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9).
Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang
terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari
kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama
kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh
ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu.
Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para
tukang sihir dan peramal.
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu
maka bacalah firman Allah Ta’ala:
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)
Kita tentunya memahami bagaimana kejahiliyahan
menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan
peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru
dunia untuk pertama kalinya : ”Dan para laki-laki beriman
dan wanita yang beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka
kepada sebagaian yang lain.” (At-Taubah: 17).
Lalu bergaunglah firmanNya: “Dan para wanita itu
mempunyai hak dan keseimbangan dengan kewajiban mereka secara ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).
Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah menciptakannya.
Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah menciptakannya.
Dan pemuliaan Islam terhadap wanita tidak cukup sampai di sini,
Islam bahkan telah menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada
seorang ayah.
Seorang pria bertanya: “Wahai
Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya
lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi:
“lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu
kepada siapa ?” barulah beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk menjaga
kaum wanita. Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya bila
mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa.
Jalinan itu adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf”
(menjaga kesucian) yang kemudian memberikan konsekuensi agar seorang wanita
mengenakan hijab syar’i, tetap berdiam di rumah, dan menghindari
percampurbauran dengan kaum pria yang semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai
tinggi di kedalaman lautan yang tidak di jamah kecuali orang yang berhak untuk
itu.
Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria dan wanita
(ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena itu Islam
mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.
Ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam telah mengetahui bagaimana nilai
hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, mereka juga faham perintah
untuk “tinggal di rumah saja” memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
menjaga wanita muslimah, dalam menjaga kesucian dan kemuliaannya.
Oleh karena itu, kita dapat melihat bagaimana mereka memerangi hijab
muslimah tanpa ampun. Suatu waktu mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman
dan kejahatan atas wanita., atau sebagai penghalang yang merintangi
berkembangnya dunia ketiga, atau dikali lain mereka menyebutnya sebagai budaya
Arab saja.
Seiring dengan itu, mereka juga mendorong para wanita muslimah untuk
keluar dari rumah-rumah yang telah melindungi mereka dengan alasan persamaan
hak dan derajat antara pria dan wanita. Dan yang masih saja hangat sampai hari
ini adalah sebuah ide sekuler yang berhasil ditanamkan oleh musuh-musuh Islam
kedalam otak sebagian kaum muslimin; yaitu gerakan
gender.
Semua itu dilakukan oleh musuh-musuh Islam bukan karena mereka
kasihan dan ingin menolong wanita muslimah atau karena cinta kepada kaum
muslimin. Sekali-kali tidak, hal ini, karena kebencian yang terpendam dalam
hati-hati mereka. “Beginilah kalian,
kalian mencintai mereka padahal mereka sama sekali tidak mencintai kalian.”
(Ali-Imran:119)
Siapapun di dunia ini yang memiliki akal sehat akan dapat melihat
permusuhan yang amat nyata dari kaum Yahudi dan Nashrani khususnya kepada umat
Islam. Semuanya dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka selalu menjadikan
wanita muslimah sebagai sasaran mereka. Bukankah kaum Yahudi telah memancangkan
permusuhannya terhadap hijab sejak mereka mengatur siasat untuk merobek hijab
seorang muslimah dan menampakkan auratnya di pasar Bani Qainuqa’ ? .Dan hingga kinipun,
permusuhan itu tetap membara, sebab mereka mengetahui bahwa rusaknya kaum
wanita pertanda rusaknya tatanan masyarakat.
Namun sangat disayangkan, entah berapa banyak dari kaum muslimin
yang menyerahkan diri mereka kepada tipu-daya mereka. Entah berapa banyak dari
kaum muslimin yang turut serta membantu mereka memerangi hijab syar’i ini.
Mereka inilah para korban “brain washing” yang dilancarkan oleh kaum kafir
dalam berbagai aspek kehidupan.
Sesungguhnya istri-istri kita, saudari-saudari kita, dan putri-putri
kita adalah bunga-bunga yang menghiasi taman kehidupan kita. Mereka adalah
belahan hati kita semua. Namun hampir-hampir saja kita tidak lagi dapat
merasakan keindahan bunga itu karena ada sebuah tiupan angin kencang yang
sebentar lagi akan merenggutnya.
Apakah kita mengetahui angin kencang apakah itu?.Ia adalah angin westernisasi
yang mengajak mereka melepaskan hijabnya, yang mendorong mereka untuk bercampur
baur dengan kaum pria dan membisiki mereka agar membuang rasa malu mereka untuk
bercampur-baur dengan kaum.
Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat kabar
dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran televisi dan
radio atau media-media informasi lainnya .
Mereka telah mendorong kaum wanita mengubur sendiri dirinya
hidup-hidup;bukan di dalam tanah, tetapi di dalam sifat ‘iffah mereka yang
telah hilang, kedalam kehormatan mereka yang tercabik-cabik, dan kedalam kesucian
mereka yang telah ternoda.
Lalu apakah gunanya hidup
mereka setelah itu? Mereka telah melakukan perbuatan yang lebih keji dari apa yang
pernah terjadi di masa Jahiliyah dulu. Bagaimana anak-anak perempuan dikubur
hidup-hidup dimasa itu akan mendapatkan Surga Allah, disebutkan dalam Musnad
Imam Ahmad bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: “Anak-anak perempuan yang dikubur
hidup-hidup itu di Surga.”
Namun di zaman ini, para wanita itulah yang mengubur dirinya sendiri
hingga hilang rasa malu. Dan balasan untuk mereka pun begitu menakutkan,
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda tentang wanita yang seperti ini :
“Dan wanita-wanita yang
berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti
punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Surga dan tidak mendapatkan
baunya.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu kita harus
waspada dengan tipuan
musuh-musuh kita yang selalu menampakkan indahnya hidup bercampur baur antara pria
dan wanita atas nama kebebasan, kemajuan dan kemoderenan.
“Dan
tinggallah kalian (para wanita) di dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah
kalian berhias seperti berhiasnya kaum jahiliyah pertama, dan tegakkanlah
shalat, tuanaikanlah zakat, dan taatilah Allah beserta RasulNya.” (Al-Ahzab: 33).
0 Komentar