Telusuri

Sya'ban, Terbukanya Pintu Ampunan


Oleh : Subliyanto
Bismillah, wal hamdulillahi wahdah, anjaza wa'dah, wa nashara 'abdah. La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah. As shalatu was salamu 'ala Rasulillah, Muhammad ibn 'Abdillah, wa 'ala alihi wa shahbih. Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya'bana, wa ballighna Ramadhan.

Tanpa terasa, sebentar lagi kita memasuki bulan Sya'ban. Bulan yang dalam kalender Hijriyah, sudah tidak asing di kalangan kaum muslimin dengan sebutan bulan pergantian buku catatan amal. Sehingga pada "Nisfu Sya'ban" pada khususnya, dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan amal shaleh. Baik secara mandiri maupun secara berjama'ah. Secara mandiri maupun secara berjamaah hanyalah merupakan "thariqah" yang bersifat optional. Sehingga dalam hal ini konsep "fastabiqul khairat" hendaknya kita perioritaskan.

Pada "Nisfu Sya'ban" pintu "maghfirah" dibuka dan terbuka lebar. Dalam hal ini bukan berarti pada bulan-bulan selain Sya'ban tertutup. Namun hal ini bermakna dan bersifat khusus dan pengkhususan. Hal ini juga menunjukkan akan Rahman dan Rahim Allah kepada hamba-Nya. "Maka nikmat manakah yang engkau dustakan ?".

Di bulan Sya'ban terdapat peristiwa-peristiwa bersejarah yang bisa diambil hikmah dan pelajaran. Dalam kitab "Madza Fi Sya'ban" dijelaskan bahwa pertama, bulan Sya'ban merupakan bulan peralihan kiblat dari Baital Maqdis ke Ka'bah. Sebagaimana dijelaskan oleh Abu Hatim al-Basti : 

"Orang muslim pernah shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan tiga hari. Hal ini berdasarkan perhitungan Rasulullah saw tiba di Madinah pada Senin, tanggal 12 bulan Rabi'ul awwal. Kemudian Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk menggati arah kiblat ke ka'bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya'ban". (Madza Fi Sya'ban, halaman 10).

Kedua, bulan Sya'ban merupakan bulan diangkatnya amal. Dan pada hal ini banyak sekali edukasi dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam amalan-amalan yang diajarkan kepada kita sebagai ummatnya, mulai dari shalat, puasa, dan memperbanyak amal shaleh "lailuha wa nahariha". Sehingga kita sebagai ummatnya hendaknya mencontohnya dan memaksimalkannya.

Ketiga, Sya'ban juga merupakan bulan shalawat. Dalam hal ini, disebut sebagai bulan shalawat merujuk pada turunnya ayat tentang shalawat, yaitu al-Qur'an surat al-Ahzab ayat 56. (Lihat kitab "Madza Fi Sya'ban", halaman 25-26). Dan pada poin ini menunjukkan bahwa diantara amalan-amalan yang tidak bisa kita lupakan pada Nisfu Sya'ban adalah dengan membaca shalat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.Wahai orang-orang yang beriman ! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya". (QS. al-Ahzab : 56)

Keempat, Bulan Sya'ban juga disebut sebagai Bulan al-Qur'an. Hal tersebut selain merujuk pada turunnya ayat al-Ahzab ayat 56 di atas, juga merupakan hal yang biasa menjadi amalan-amalan para salafus shaleh pada bulan Sya'ban, terkhusus pada Nisfu Sya'ban. Tidak hanya itu, akan tetapi dzikir-dzikir yang sudah masyhur juga sangat dianjurkan sebagai wasilah dan tabarruk dalam mendekatkan diri pada Allah. Yang inti dari semuanya adalah berlomba-lomba pada kebaikan dalam bingkai ketakawaan dan ketaatan sebagai closing dari buku catatan amal kita. Dengan demikian, semoga Allah senantiasa menerima semua amal baik kita, dan mengampuni segala khilaf dan dosa-dosa kita. Amin

Secara khusus, terdapat pesan (Taujih) Rasulullah shallallah 'alaihi wasallam pada Nisfu Sya'ban. Dalam kitab "Madza Fi Sya'ban" dijelaskan tentang "Taujih Nubuwiyah". Yaitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terkait kekhususan Nisfu Sya'ban. Dijelaskan bahwa beliau berpesan :

"Ketika tiba malam Nisfu Sya'ban, maka hendaknya menghidupkan malamnya (dengan kegiatan 'ubudiyah), dan hendaknya berpuasa pada siangnya. Karena sesungguhnya pada malam Nisfu Sya'ban, Allah SWT, turun ke langit bumi. Maka yang memohon ampunan akan diampuni, yang memohon rezeki akan diberi, dan seterusnya hingga terbit fajar. (Taujih ini ditulis secara ringkas. Read more "Madza Fi Sya'ban", Muallif Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, halaman 94)

Adapun do'a pada Nisfu Sya'ban, dari beberapa referensi sangatlah beragam dari para ulama'. Namun hal ini juga bukan merupakan hal yang perlu diperdebatkan. Penulis menyebutnya sebagai hal yang bersifat optional.

Dan sebagai penutup tulisan ini, penulis sematkan "sebagian" do'a ma'tsurah yang bisa kita baca pada Nisfu Sya'ban,:

"Allahumma innaka 'afuwwun karimun,tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni. Allahumma inni as alukal 'afwa wal 'afiyah wal mu'afatat daimah fid dini wad dunnya wal akhirah" (Madza Fi Sya'ban, halaman 108).

Semoga catatan singkat ini bermanfaat. Wallahu A'lam bis shawab []

Posting Komentar

0 Komentar