Telusuri

Debat Capres Versi Ujian Nasional

Oleh : Subliyanto*

Dalam dunia pendidikan, setiap murid, guru, dan wali murid tentu berharap putra dan putri kesayangannya ketika berada di sekolah berharap agar putra puterinya berprestasi dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Hal tersebut sudah manusiawi jadi tidak bisa dipungkiri. Karena prestasi merupakan amunisi penambah eksistensi.

Dan yang paling menguras tenaga dan pikiran dalam skala pendidikan dasar dan menengah adalah Ujian Nasional, dimana ujian tersebut merupakan penentu kelulusan siswa. Bahkan terdapat sebuah tradisi belajar yang dianggap sangat “mujarab” untuk keberhasilan peserta didik, khususnya dalam Ujian Nasional. Tradisi tersebut merupakan tradisi belajar untuk mengasah kemampuan peserta didik, yang dikemas dengan Latihan Ujian Nasional, atau yang lebih dikenal dengan Tray Out Ujian Nasional yang dilaksanakan secara berulang-ulang. Bahkan terkadang sampai siswa "bosan".

Demikian juga halnya dalam kancah politik 2019. Diantara bagian dari metode untuk mengetahui kemampuan sosok calon pemimpin dibutuhkan uji publik sehingga publik bisa menilai sosok yang pantas memegang tampuk kepemimpinan. Dan uji publik yang disodorkan sangatlah beragam salah satunya dengan debat antar paslon yang tidak lama lagi akan diselenggarakan.

Namun demikian ada yang unik dalam rencana debat menjelang pesta demokrasi saat ini. Republika.co.id (5/1/2019) memberitakan : "Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman, mengatakan, pertanyaan yang dirumuskan para panelis debat calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) akan diberikan kepada masing-masing pasangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diberikan sepekan sebelum debat pertama dilaksanakan."

Laman tersebut juga menguatkan tulisannya dengan kutipan ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman : "Pertanyaan itu sudah diserahkan duluan tapi mereka kan tidak tahu apa yang akan ditanyakan karena kan itu seperti bank soal gitu loh".

Berdasar pada kacamata pola sukses menuju Ujian Nasional di tingkat sekolah dasar dan menengah yang menjadi rutinitas tahunan pendidikan, dan mengikuti update informasi politik 2019 ini, salah satunya yang diterbitkan laman republika.co.id di atas, penulis hanya memandang bahwa pesta rakyat kali ini unik karena ada kisi-kisi soal debat capres dan cawapres yang tentu dengan kisi-kisi tersebut dapat membantu para paslon untuk terus melakukan Tray Out menuju kesusksesan debat.

Dan akan lebih unik lagi jika ternyata pertanyaan yang disodorkan oleh para panel debat adalah soal yang belum dipejari oleh para peserta debat. Bisa kita bayangkan saja masa lalu kita saat menjalani yang namanya Ujian Nasional, betapa lamanya kita mikir untuk mendapatkan jawaban dari satu pertanyaan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya, belum lagi dengan waktu yang diberikan sangat terbatas.

Maka melihat realita di atas, kalau dianalogikan dalam dunia tulis menulis, tanpa disadari kita telah berada di kelas "imlak" dalam menulis yang salah satu indikator kefasihannya adalah manakala kita bisa menulis dengan baik dan benar dengan metode dekte. Demikian juga dengan kondisi politik kita saat ini. Tentu semua ini patut menjadi renungan dan kajian serta evaluasi bersama untuk indonesia lebih  baik. Wallahu a'lam []

*Penulis adalah aktivis sosial dan pendidikan. Website : www.subliyanto.id

Posting Komentar

0 Komentar