Dalam segala hal berikhtiyar
merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia. Tentu ikhtiyar yang dimaksud
adalah iktiyar dalam bentuk kebaikan serta mengikuti sistem dan aturan yang
sudah ditetapkan. Dan sebagai orang muslim yang beriman tentu pijakannya adalah
sistem dan aturan yang telah ditetapkan berdasarkan syari’at islam. Maka hal
itu perlu menjadi kacamata utama dalam segala aspek hidup dan kehidupan.
Namun demikian terdapat hal
yang tidak bisa terlupakan dalam semua aktivitas yang manusia lakukan, yaitu bahwa
segala yang kita lakukan tidak lepas dari ketetapan Allah, Tuhan semesta alam,
atau yang disebut dengan taqdir. Maka sudah sepatutnya ikhtiyar yang kita
lakukan disertai tawakkal dan do’a kepada Allah. “Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah”. Sehingga dengan demikian
manusia akan menjadi pribadi yang Qanaah, yaitu orang yang siap dengan lapang dada
menerima segala ketetapan yang telah Allah berikan.
Bagi orang yang beriman, besar
atau kecil, sedikit atau banyak, sesuai harapan atau tidak, pemberian yang
telah Allah berikan ia nilai sebagai sebuah nikmat yang harus disyukuri, karena
ia yakin akan janji Tuhannya yang termaktub dalam firmanNya : “La insyakartum laazidannakum, wa la
inkafartum inna ‘adzabi lasyadid”.
Maka orang yang demikian akan
menjadi orang yang selalu optimis dalam hidupnya, lebih bersemangat dalam
berikhtiyar, melewati sebuah tantangan dan rintangan yang harus ia hadapi, dan
tentu dengan tidak lepas dari rule sistem yang sudah disyari’atkan guna
mencapai ridha Rabnya, Allah Subhanahu wa
ta’ala.
Manusia beriman tidak hanya
berorientasi pada kehidupan dunia semata. Namun baginya kehidupan akhirat lebih
utama, karena disanalah kehidupan yang abadi. Maka ia terus berhati-hati dalam
segala gerak-geriknya, karena ia sadar akan siksa Tuhannya kelak, dan ia tidak
ingin hal itu menimpa dirinya.
Bagi manusia beriman hidup
bagaikan sebuah sandiwara. Semuanya sudah terskenario dengan sistem yang rapi
oleh yang maha bijaksana. Maka ia tidak pernah ragu sedikitpun menjalaninya sesuai
arahan dan bimbinganNya. Karena ia sadar bahwa Allah adalah wali baginya.
Andai mata kita ini sudah
tidak bisa lagi melihat dengan sempurna, serta anggota tubuh yang lainnya juga
tidak bisa lagi berfungsi, maka sungguh sekian banyak penyesalan akan kita
rasakan, karena kita tidak bisa lagi berkarya dengan sempurna guna mengukir
sebuah prestasi untuk kehidupan yang hakiki. Maka nikmat manakah yang engkau
lupakan ??? Wallahu A’lam []
*Penulis adalah hamba Allah
al faqir ila rahmatillah.

0 Komentar