Telusuri

PILKADA DAN SIKAP KITA

(Renungan Pasca PILKADA)
Oleh : Subliyanto*

Rabu,09 Desember 2015 kemarin,ribuan rakyat indonesia dari masing-masing daerah telah menentukan pemimpinnya melalui Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak di seluruh daerah di indonesia.


Dari hasil pemilihan tersebut tentunya akan muncul sosok seorang pimpin yang diharapkan oleh rakyat. Sehingga sosok pemimpin baru tersebut diharapkan mampu membawa perubahan pada tatanan kehidupan sosial yang lebih baik.

Dalam sebuah pemilihan, tentunya sebagai calon pemimpin akan dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menang atau kalah. Jikapun harus dihadapkan dengan kesamaan perolehan suara, atau bahkan harus dihadapkan dengan sengketa yang harus diselesaikan di meja pengadilan, maka yang dihadapi tetaplah dua pilihan, menang atau kalah.

Menyikapi hal tersebut tentunya dari masing-masing calon harus mempunyai sikap legowo terhadap fakta dan realita yang ada. Salah satu sikap legowo yang harus tertanam pada dirinya adalah bersyukur.

Bersyukur artinya berterimakasih kepada Allah terhadap ketentuan nikmat yang telah Allah berikan. Bersyukur merupakan ungkapan terimakasih yang diungkapkan melalui lisan, dan kemudian diwujudkan dalam amal perbuatan.

Bersyukur termasuk hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena orang yang bersyukur akan ditambahkan kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Sementara orang yang tidak bersyukur (ingkar) maka adzab Allah yang sangat pedih menunggunya. Hal ini sebagaimana tersurat dalam firmanNya :

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih".(QS.Ibrahim : 7)

Lantas bagaimana sikap kita sebagai wujud syukur kita kepada Allah pasca PILKADA kemarin ?

Kalau kita merengungkan ayat di atas, setidaknya terdapat beberapa hal yang harus menjadi sikap kita.

Pertama sebagai pemenang, maka hendaknya mensyukuri kemenangannya. Selain dengan ungkapan hamdalah, tentunya dengan melaksanakan tugas dan amanah yang telah diamanahkan oleh rakyat dengan baik dan benar, serta jujur dan benar-benar membela kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Karena amanah yang ada di pundak para pemimpin bukanlah amanah rakyat semata, akan tetapi pada hakikatnya adalah amanah dari Allah subhanhu wa ta'ala.

Kedua sebagai calon yang kalah, maka hendaknya tidak meratapi kekalahannya sampai berlarut-larut, apalagi sampai kehilangan akal sehatnya. Kembalikan semuanya kepada Allah, Tuhan yang maha bijaksana atas semua keputusanNya. Dan selanjutnya hendaklah bermuhasabah diri untuk kemudian dilakukan perbaikan saat ini dan kemudian hari. Karena yang demikuan itu merupakan akhlak mahmudah yang diajarkan oleh Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam.

Pintu amal kebaikan tidak hanya berada dalam kekuasaan, akan tetapi pintu kebaikan tersebar luas dalam setiap lini kehidupan. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan penghargaan disisi Allah, sebagaimana dalam firmanNya :

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya".(QS.al-Zalzalah: 7-8)

Ketiga sebagai pemilih,  kita telah memberikan amanah kepada pemimpin yang terpilih, maka hendaknya siap untuk dipimpin dan mentaati seruannya, selama seruannya dalam ranah kebenaran dan kebaikan. Apabila seruannya bukan dalam ranah kebenaran dan kebaikan, maka hendaknya kita mengingatkan dan menasehatinya dengan baik dan bijaksana.

"Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal kebaikan".(HR.Muslim)

"Tidak ada (kewajiban) taat bagi makhluk dalam kemaksiatan terhadap Khaliq (Allah)".(HR.at-Thabrani)

Tiga hal inilah yang kiranya menjadi renungan bagi kita bersama pasca PILKADA serentak kemarin. Semoga kita senantiasa istiqamah dalam kebenaran dan kebaikan.[]
Wallahu A'lam


*Penulis adalah pendidik di Sleman Yogyakarta. Twitter @Subliyanto

Posting Komentar

0 Komentar