Telusuri

BLSM Menjadi Kabar Baik dan Kabar Buruk

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan program bantuan yang dicetuskan oleh pemerintah mengiringi diputuskannya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BLSM diperuntuhkan bagi masyarakat miskin di seluruh Tanah Air, yang mana pengambilannya melalui Kantor Pos dengan menggunakan Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Selain untuk pengambilan BLSM, KPS juga dapat digunakan oleh warga miskin untuk menerima bantua siswa misikin dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta pengambilan bantuan raskin.

Sebagaimana dilangsir Koran Harian Kedaultan Rakyat (KR) edisi Jum’at 21 Juni 2013, mikanisme pencairan BLSM dengan KPS adalah : 1) Warga datangi Kantor Pos membawa KPS dan kartu identitas/KTP. 2) Petugas keamanan cocokkan identitas dengan KPS. 3) Diarahkan ke loket antrian sesuai dengan abjad. 4) Pencairan dengan menyerahkan KPS ke petugas loket. 5) Petugas loket menggeskkan KPS ke card reader. 6) Uang BLSM diserahkan dan KPS dikembalikan. Hal ini merupakan kabar baik bagi masyarakat miskin. Namun,juga menjadi kabar buruk bagi mereka.

Pertama menjadi kabar baik karena dalam beberapa bulan kedepan masyarakat miskin akan mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah walaupun sifatnya sementara. Bantuan tersebut sebesar Rp.150.000 yang mana pencairan BLSM ini akan dicairkan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama untuk bulan Juni-Agustus, dan tahap kedua untuk jatah bulan September-Oktober.

Namun disisi lain, kabar baik ini membuat jumlah masyarakat miskin bertambah. Salah satu contohnya di Yogyakarta yang rencananya merupakan tempat pencairan awal atau launching BLSM. Jumlah penerima di wilayah ini meningkat tajam. Jika sebelumnya 104.591 KK, kini menjadi 288.391 KK. (KR 21 Juni 2013).

Kedua kabar baik ini juga menjadi kabar buruk bagi mereka. Hal ini bisa terjadi karena saat pengambilan BLSM bisa dipastikan akan terjadi antrian panjang yang secara otomatis memicu terjadinya desak-desakan yang tidak akan terelakkan.

Prediksi inilah yang menjadikan BLSM dinilai tidak solutif dan bahkan tidak mendidik. Kiranya semua masyarakat sudah bisa membayangkan, bagaimana jika seorang rakyat miskin yang sudah tua harus berdesak-desakan untuk mendapatkan yang namanya BLSM ? lantas apa yang yang akan terjadi ? Tentu hal ini yang juga menjadi salah satu kajian kalangan yang menolak rencana kenaikan BBM dan sekaligus program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Yang jelas, pemerintah akan cerdas dalam menyikapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Namun, alangkah lebih cerdas lagi kiranya jika kenaikan harga BBM dan pembagian BLSM benar-benar demi rakyat, apabila dibarengi dengan solusi yang lebih efektif dan efisien serta lebih aman.

Hemat penulis, salah satu solusi yang lebih efektif dan efisien serta lebih aman dalam pembagian BLSM adalah “Door to door”. Yakni dengan cara memanfaatkan petugas khusus dalam hal ini pihak yang berwenang untuk mendistribusikan BLSM dengan mendatangi langsung rumah masing-masing masyarakat yang berhak menerima BLSM sesuai dengan data yang dimiliki pemerintah.

Cara ini mungkin membutuhkan waktu yang sedikit agak lama dalam pendistribusian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Namun, cara ini akan memberikan efek positif yang lebih, utamanya dalam hal keamanan. Selain itu, cara ini juga sekaligus akan menjadi bahan evaluasi langsung terkait tepat atau tidaknya sasaran penerima BLSM.

Posting Komentar

0 Komentar