Telusuri

Tarbiyah Kehidupan dalam Perspektif Manajemen


Oleh : Subliyanto Bin 
Syamsul 'Arifin

بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، الصلاة والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين، سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ٠ اشهد أن لا إله الا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ٠ ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار ٠ اللهم ارنا الحق حقا و ارزقنا التباعة٠ وارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابه٠ "ياايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون"٠ "اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن"، وبعد

Setiap manusia memiliki visi dan misi dalam menjalani kehidupan. Dan setiap gerak dan langkah dalam kesehariannya merupakan bentuk "break down" dari misinya sebagai bentuk terjemahan kongkrit dari visi yang menjadi impiannya.

Sehingga dalam perspektif manajemen "keorganisasian" hakikatnya dari aktivitas hariannya setiap manusia sudah mencerminkan "ending" dari rotasi hidup yang dijalaninya. Setiap langkahnya mencerminkan "Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya" (AD-ART).

Kendatipun semuanya tidak tertulis, namun sejatinya sudah "termaktub" dalam catatan "nafasnya". Karena secara teori "vertikal", tidak ada yang bersifat "insidentil". Semuanya "terskenario" dalam bingkai "kompetisi edukatif" yang menuntut setiap manusia untuk memasang antena "rasionalitasnya" untuk meyakini bahwa setiap identitas yang bernafas harus menjalani kehidupannya sesuai dengan "naskah" yang sudah terstempel.

Diakui atau tidak, tanpa pertanyaanpun setiap manusia memiliki visi "bahagia dunia dan akhirat", sebagaimana do'a yang telah "disuguhkan" dalam prolog di atas. Namun juga sudah menjadi "maklum" dan "mafhum", trouble insiden kadang sering muncul dalam "layar" kehidupan. 

Bersifat "maklum" dan "mafhum" karena hal itu juga tidak bisa terelakkan, mengingat sudah menjadi "pin" yang tersematkan secara permanen bagi setiap manusia, sebagaimana sudah termaktub dalam al-Qur'an Surat as-Syam ayat 7-10

وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا. فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا. قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا. وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا

"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya". (QS : as-Syam :7-10).

Dari ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa "perang" terberat setiap insan adalah memerangi diri sendiri (jiwa), yang dalam kacamata agama disebut dengan istilah "jihadun nafsi". Namun lagi-lagi karena memang sudah bersifat "insaniyah-mathbuiyah" kadang kita lupa akan hal tersebut. 

Sehingga hadirlah "Prophetic Educatif" yang memberikan tuntunan, arahan, dan bimbingan agar senantiasa untuk melakukan "Upgrading" Iman. Karena hanya itulah satu-satunya jalan untuk "Reminding" kita pada Dzat yang "Satu" dan tidak ada baginya sekutu.

"Upgrading" iman secara teoritis-praktis sudah tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran instruktif berupa "al-A'malus shalihat" dalam setiap aspek dan lalu lintas kehidupan. Baik secara "vertikal" maupun secara horizontal". Karena hal tersebut merupakan sebuah sistem yang sudah terbentuk dalam sebuah "rumus" baku dan akan bergerak secara otomatis yang akan menghasilkan "value" authentic, dimana akuntabilitasnya tidak diragukan. Bagaimana bisa ragu, terbersit sedikit keraguan saja sudah menodai keimanan kita kepada-Nya.

Dalam hidup dan kehidupan, kadang yang menjadi sumber penyakit dari segala bentuk penyakit adalah minimnya kesadaran pada diri kita akan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Baik yang kesalahan besar yang bersifat "asas", maupun kesalahan kecil yang jika hal tersebut dibiarkan terlarut akan menjadi kesalahan yang ber"kubik-kubik". Sehingga mengobatinya akan semakin sulit.

Padahal, secara teoritis-praktis, Rasulullah SAW. telah mengajarkannya dan membimbingnya dengan penuh kasih sayang. Salah satunya sebagaimana telah beliau jelaskan, sebagaimana penulis sajikan pada epilog dari prolog di atas :

اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن

"Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada. Dan "sertakan" (hapuslah) kejelekan dengan kebaikan yang akan menjadi penghapus bagi kejelekan tersebut. Dan bergaulah dengan manusia (yang lain) dengan "pergaulan" yang baik (akhlak)."

"Tafhiman wa tasliman lil qari'", pada hadits tersebut, penulis menterjemahkannya tidak berdasarkan runtutan akar kata. Akan tetapi dengan "bayan" atau penjelasan yang bersifat "to the point".

Walhasil, menyentuh hati itu memang membutuhkan fleksibelitas dan proporsionalitas. Jangankan menyentuh hati (menyadarkan) orang lain. Menyadarkan diri kita sendiri aja kadang sulit. Hal tersebut patut diakui bahwa jika hal tersebut terjadi, bisa dipastikan karena menggunungnya dosa kita. "Nastaghfirullahal 'adhim wa ntubu ilaihi".

Dan kalau disambungkan kembali dengan teori surat as-Syam di atas, begitulah beratnya "jihadun nafsi". Karena kebenaran itu adalah cahaya. Sementara teori tentang "Cahaya Rabbani" atau yang disebut dengan "Nurullah", tidak akan turun (diberikan) kepada insan yang penuh dengan kemaksiatan. 

Sehingga simpulannya, bertaubatlah dengan sebenar-benarnya taubat berdasarkan bimbingan taubat yang sudah tersurat. Karena sesungguhnya Allah Maha pengampun. Dan mengimani ke Maha pengampunan Allah, sudah bagian langkah awal sebagai "miftah" taubat kita. Insya Allah.

Selama detak jantung manusia masih "bergetar", maka selama itu pula "Teori Rabbani" yang termaktub dalam firman-Nya surat as-Syam akan terus berlaku. Artinya "jihadun nafsi" akan terus mengalir dari hulu hingga hilir (sampai wafat). Maka tidak heran jika dikatan bahwa sebaik-baiknya nasehat adalah nasehat kematian. Semoga Allah mengampuni kita semuanya.

Tetesan tinta ini merupakan terjemahan dari tetesan air mata sang penulis, "Al-Faqir Ila Rahmatillah 'Azza Wajalla". Yang diramu dan disajikan sebagai Ikhtiyar diri dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada sang Khaliq. Serta dipublikasikan dalam rangka "tawasaw bil haq wa tawa shawbis shabr", sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an Surat al-'Ashr. Dengan puncak harapan semoga bermanfaat, yang nilai kemanfaatannya sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya :

"من دل على خير فله مثل أجر فآعله"

Dan sebagai pamungkas dari qalam ini, penulis akhiri dengan do'a :

اللهم انانسألك سلامة في الدين وعافية في الجسد وزيادة في العلم وبركاة في الرزق وتوبة قبل الموت ورحمة عند الموت ومغفرة بعد الموت والنجات من النار والعفو عند الحساب. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين والحمد لله رب العالمين.

Posting Komentar

0 Komentar