Telusuri

Media dan Da'i dalam Perspektif Informasi dan Teknologi


Oleh : Subliyanto Bin Syamsul 'Arifin

بسم الله الرحمن الرحيم٠ الحمد لله رب العالمين٠ هو الله الذي قائل : "أدع الى سبيل ربك باالحكمة والموعظة الحسنة"٠ والصلاة والسلام على اشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين٠ وهو الذي قائل :"كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته٠٠٠"(متفق عليه)٠ اشهد أن لا إله الا الله واشهد أن محمدا عبده ورسوله٠ اللهم ارنا الحق حقا و ارزقنا التباعة٠ وارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابه٠

Sebelum tinta ini mengalir lebih jauh, penulis jelaskan terlebih dahulu tentang makna Da'i pada judul tulisan ini bahwa definisi yang dimaksud disini adalah makna Da'i secara umum berdasarkan makna etimologis. Yaitu penyampai kebenaran. Jadi tidak terbatas pada sosok tertentu ataupun instansi tertentu.

Sehingga penulis ucapkan maaf beribu-ribu maaf secara khusus kepada para juru dakwah dan kepada para guru serta kaum muslimin semuanya. Tulisan ini bukan dalam rangka menggurui, tidak sama sekali, dan penulis berlindung kepada Allah SWT dari hal tersebut.

Tetesan tinta ini dalam rangka implentasi dari "tawashau bilhaq wa tawabis shabr" dengan berbagi catatan "riset" edukatif berdasarkan "Falsafatil 'Uyun", bahwa di era global dunia informasi dan teknologi tidak boleh tidak harus dikantongi dan memfungsikannya sebagai media pencerahan kepada ummat.

Karena diakui atau tidak, ummat saat ini sudah berada dan hidup di zaman yang serba IT. Dan terlepas siapapun pioner dari berbagai media yang berbasis IT tersebut, hemat penulis, bukanlah hal yang perlu diperdebatkan, dengan landasan pemikiran "muara semua ilmu secara hakiki dari sang ilahi", Allah SWT. Sehingga yang terpenting dalam menyikapinya adalah cara menggunakannya, sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Karena dalam perspektif "Ghazwah", media bak sebuah senjata bermata dua. Dimana jika kita tidak bisa menggunakannya dengan baik, senjata tersebut akan mengenai diri kita.

Walhasil, kalau ditarik kepada prinsip usul fiqih, "Ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib". Disini penulis mengartikan wajib dengan "sempurna" mengingat hal tersebut bersifat "qiyasi". Sehingga hadir dengan simpulan bahwa "Segala sesuatu yang tidak sempurna tanpanya, maka hadirnyanya juga merupakan sebuah keharusan". "Wallahu A'lam bis shawab. Innallaha a'lamu bimurodihi".

Dari prolog dan kaidah di atas, maka siapapun kita, karena diantara tugas setiap insan adalah Da'i, yaitu penyampai kebenaran, dalam kondisi dan situasi saat ini sudah selayaknya untuk juga berperan aktif menyampaikan kebenaran melalui media beserta ragamnya. Baik media cetak maupun online, ataupun media yang berbasis audio visual.

Hadirnya Da'i, dalam artian umum adalah penyampai kebenaran di media merupakan sebuah keharusan untuk memberikan pencerahan kepada ummat baik secara tertulis maupun secara voice. Hal itu penting bahkan sangat penting sebagai "filter" yang bersifat amunitif edukatif kepada ummat, terlebih pada isu-isu kekinian yang hampir setiap hari tidak lepas dari informasi. Kalau kita membaca surat kabar tidak sedikit kita disuguhkan dengan informasi-informasi yang disadari atau tidak, secara tersirat, juga membawa dampak edukatif kepada ummat. Sebut saja salah satunya isu "pemerkosaan", salah duanya "isu penculikan dan perampokan", beserta isu-isu konten negatif lainnya, dan semua konten pemberitaan yang perlu diluruskan.

Dan jika informasi-informasi yang hadir di tengah-tengah ummat yang notabeni layar informasi sudah digenggamannya, tidak mendapatkan "counter" dari para Da'i, bukan tidak mustahil akan menjadi konsumsi "mentah" dari para pemirsa dan pembaca yang secara tidak langsung juga akan menjadikannya sebagai "kiblat" hidup dan kehidupan dalam kesehariannya.

Dan hal itu merupakan tantangan terberat ummat Islam saat ini. Maka dari itu hadirnya Da'i sangat amat penting, mengingat tidak semua media memiliki ideologi satu arah. Satu arah yang dimaksud adalah ideologi yang secara monoton mempublikasikan kebaikan dan kebenaran. Terlebih media yang berbasis pada kaidah "barat", dimana dalam ilmu jurnalistik terdapat kaidah "Bed news is good news". Sehingga hadirnya penyampai kebenaran yang mudahnya kita sebut Da'i di media sangat penting sebagai "kulkas" kehidupan sebuah situasi yang penuh dengan "bara api" pada setiap kondisi yang terjadi hampir setiap hari.

Dengan demikian, ummat akan terus mendapatkan pencerahan berupa edukasi online, baik secara tertulis maupun secara voice (audio visual) tanpa harus menunggu hadirnya Da'i yang bersifat momental dari panggung ke panggung yang juga notabeni membutuhkan "budget" yang cukup besar bagi penyelenggaranya.

Konsep teoritis ini tidak hanya berlaku untuk media daring, akan tetapi sangat bagus jika bisa diterapkan pada manajemen masjid-masjid. Dimana secara implentatif pihak takmir masjid secara terjadwal secara bergilir dan tertulis mengundang para Da'i yang sudah notabeni sebagai khatib di wilayah tertentu. Katakanlah zona paling kecilnya adalah desa. Dan sebagai khatib, dalam hal ini menyampaikan khutbahnya sesuai momentum dan isu-isu kekinian yang terjadi, sebagai "counter" kepada ummat, baik secara voice dan sangat baik jika bisa secara tertulis dan diberikan kepada para jama'ah setelah shalat. Sehingga bisa menjadi "tsamrotul yad" bagi para jama'ah dan bisa dibaca ulang di rumah masing-masing. Dan hal itu juga merupakan contoh kongkrit kepemimpinan dengan teori "merakyat" yang dalam istilahnya pak Presiden Jokowi ngetren dengan sebutan "blusukan".

Dan kalau merujuk kepada sejarah, sikap "merakyat"nya seorang pemimpin sebetulnya sangat penting dalam kiprahnya di masyarakat sebagai "uswah". Sehingga posisinya tidak dibatasi "identitas" dan "labelitas" diri sebagai seorang pemimpin ataupun seorang Da'i.

Maka dari semuanya yang telah disebutkan di atas, urgensitas kehadiran Da'i di tengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan. Baik melalui pertemuan langsung maupun secara online dalam hal ini sebagaimana tema pada tulisan ini adalah "Media". Baik secara tertulis dan itu sangat amat baik dengan merujuk pada tradisi para shalafus shalaeh, maupun secara voice.

Sesungguhnya sedainya tidak ada "sekat" dalam tatanan kehidupan sosial, haqqul yakin ummat ini sangat sangat ingin "memeluk" para ulama' mengingat juga sangat tidak diragukan akan keberkahan dari orang-orang shaleh.

Dan terkait media, bagi para owner agar tidak menutup ruang, kepada publik, khususnya dalam pembahasan ini adalah Da'i yakni penyampai kebenaran untuk memberikan amunisi rohani melalui medianya, sebagai pencerahan terhadap konten-konten medianya. Karena, kalau diselami secara mendalam media beserta yang terkait di dalamnya juga Da'i melalui medianya, dengan merujuk pada asas sebagaimana tertulis dalam muqaddimah tinta ini. Karena prinsip dari semuanya adalah "Man dalla 'ala khairin falahu mitslu ajri fa 'ilihi".

Penting untuk menjadi catatan dalam pembahasan ini, bahwa asas pembahasan ini adalah asas persatuan dan kebangkitan serta asas membangun wawasan pengetahuan melalui tradisi keilmuan yang kesemuanya tercover dalam bendungan hikmah.

Semoga tetesan tinta ini bermanfaat. Dan nilai kemanfaatkannya mengalir sebagaimana kaidah yang telah disebutkan pada paragraf ketiga sebelum paragraf terakhir. Kebenaran hakiki dari Allah SWT. "Astaghfirullahaladzim wa atubu ilaihi". Wallahu A'lam bis shawab []

Posting Komentar

0 Komentar