Telusuri

Uregnasi Memahami Karakter Murid

Suatu hari saya menghadiri sebuah acara upgrading guru di sebuah lembaga pendidikan di sleman yogyakarta. Pada acara tersebut hadir sebagai pemateri seorang pakar dalam bidang pendidikn. Dan hadir sebagai peserta para tenaga pendidik sekolah dasar (SD).

Pada acara tersebut banyak disampaikan seputar tentang guru, yang mana pada intinya menjawab beberapa pertanyaan tentang siapakah guru? apa peran guru? dan pertanyan-pertanyaan lain yang masih terkait dengan guru.

Namun terdapat catatan kecil di notes saya terkait dengan peran guru yang disampaikan oleh pakar tersebut, sehingga menurut saya perlu dicerna kembali sebelum diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Dalam persentasinya pakar tersebut mengatakan bahawa “seorang guru tidak dikatakan berhasil dalam mendidik apabila tidak bisa mengkondisikan siswa dalam jam pelajaran, sehingga seorang guru harus tegas memberikan hukuman pada siswa yang membuat gaduh, melanggar, gojek, dan lain-lain. Hukuman tersebut harus diberikan sampai mereka merasa kapok sehingga tidak mengulangi lagi dan takut pada gurunya, dalam hal ini takut dalam tanda positif”.

Mendengar ungkapan pakar pendidikan tersebut, secara pribadi saya tersenyum dalam hati, karena saya mempunyai kacamata yang berbeda dengan pakar itu tentang hal tersebut.

Bagi saya pribadi “anak-anak tetaplah anak-anak, yang harus mengerti adalah yang punya anak”. Artinya seorang anak tidak bisa di paksakan memahami kita seperti layaknya orang dewasa, karena alam mereka berbeda dengan kita. Mereka memang harus melewati dan menikmati masa keanak-anakannya sebelum masuk masa dewasa. Sehingga kalau di rumah yang harus mengerti adalah orang tuanya, sedangkan di sekolah yang harus mengerti adalah gurunya, walaupun antara orang tua dan guru perlu bekerja sama secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan pendidikan secara sempurna.

Sementara “belajar adalah seni dan mengajar adalah seni tersendiri”. Artinya seorang guru harus mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam segala hal dalam mendidik. Karena fungsi utama guru adalah bagimana bisa mendampingi, membimbing serta memberi arahan kapada peserta didik dalam menggali potensi yang dimilikinya.

Sehingga seorang guru harus paham betul jiwa masing-masing anak untuk memudahkan guru dalam melakukan pendekatan kepada anak. Bukan justru memaksakan kehendak guru pada peserta didik, karena setiap peserta didik mempunyai gaya belajar masing-masing.

Kalau hal tersebut dipaksakan maka yang terjadi pada peserta didik adalah munculnya perasaan takut dan minder, karena selau dihantui oleh yang namanya hukuman. Dan ingatlah bahwa ditakuti lebih berbahaya, karena bisa jadi mereka takut di depan kita tapi kita lihat apa yang terjadi di belakang kita. Nah ketika peserta sudah merasa takut dan minder maka lenyaplah potensi-potensi yang ada. Potensi-potensi yang seharusnya digali dan dikembangkan malah dilenyapkan. Cara mendidik yang seperti inilah yang akan berakibat fatal pada siswa.

Oleh karena itu kita sebagai pendidik, marilah kita sama-sama mengamati dan memahmi betul karakter peserta didik kita satu persatu, potensi apa yang mereka miliki? Gaya belajar apa yang mereka senangi? Sehingga dari situlah kita akan menemukan berbagai macam metode untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada mereka. Jangan paksakan mereka selalu selalu dan selalu harus mengikuti kehendak kita walaupun apa yang kita kehendaki itu benar, akan tetapi mungkin caranya kurang benar sehingga sulit untuk diterima.

Posting Komentar

0 Komentar