Rasulullah SAW itu
sangat cinta beramal atau bekerja. Sejak kecil beliau sangat tidak suka
bermalas-malasan seperti kebiasaan-kebiasaan anak-anak pada umumnya. Beliau
semasa kecil hidup dari ongkos menjadi penggembala kambing dan dari pegawai
harta dagang Siti Khadijah, lalu dilanjutkan dengan melayani keluarga dan
tetangganya.
Kebiasaan-kebiasaan
tersebut berlanjut sampai beliau itu dewasa. Banyak sekali beliau itu melayani
diri dan keluarganya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Siti Aisyah, bahwa
Rasulullah SAW itu sering sekali mencuci pakaiannya sendiri, menjahit sandalnya
sendiri, melakukan pekerjaan rumah sendiri. Ketika beliau membangun Masjid dan
rumah, beliau bekerja memindahkan batu bata mentah sendiri.
Baginda Nabi Muhammad
SAW sangat tidak suka menunda-nunda pekerjaan hari ini dikerjakan besok hari.
Apa yang bisa dikerjakan hari ini sekecil apapun, beliau kerjakan hari ini
juga, tanpa harus menunggu besok harinya. Beliau sangat tidak suka hanya
berangan-angan saja serta menunda-nunda pekerjaan.
Hadist riwayat Imam
Hakim dan Baihaqi dari Sahabat Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Pergunakan dengan baik lima perkara sebelum datang lima perkara,
hidupmu sebelum datang matimu, masa sehat-mu sebelum datang masa sakitmu, masa
senggangmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang masa
pikunmu, masa kayamu sebelum datang masa fakir atau miskinmu”.
Menurut Baginda Nabi
SAW, kita ini sangat dianjurkan menyegerakan beramal saleh, bekerja dengan
baik. Karena kalau kita menunda-nundanya, akan sangat merugi dan penyesalanlah
yang kita dapatkan.
Beliau itu selalu
berkata-kata fasih dan lemah lembut. Bahkan bicara beliau, hanya di ulang tiga
kali supaya yang mendengar nya faham. Beliau tidak berbicara kecuali kalau
hanya waktu butuh saja. Beliau tidak berdiri dan duduk kecuali hanya untuk
berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Baginda Nabi itu tidak
banyak bicara, karena baginya, banyak bicara itu bisa menyebabkan kelupaan dan
kekeliruan. Beliau lebih banyak menganjurkan banyak berpikir, bukan
berangan-angan. Berpikir dan berangan-angan itu berbeda. Berpikir itu memakai
akal yang sehat, sedangkan berangan-angan, hanya banyak berandai-andai dengan
kalimat jikalau, andaikata, seumpama dan lain sebagainya, sama sekali tidak
produktif.
Bagi Baginda Nabi dari
pada banyak bicara, banyak omong, lebih baik diam. Karena diam itu jalan
menuju selamat. Bahkan, menurut Baginda Nabi, diam itu sebagian dari
tanda-tanda Iman. Diam yang dimaksud di sini, diam yang pada tempatnya.
Hadis riwayat Imam
Ahmad, Nasa-i dan Ibnu Majah dari Abu Huroiroh RA dan Abu Syuraih al Khaza’i
RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik, atau diam!”. Menurut Baginda Nabi,
diam itu sebaik-baiknya akhlak. Andai bicara itu seperti perak, maka diam itu seperti
emas, begitu menurut sebagian kata-kata orang bijak.
Rasulullah SAW itu
lebih banyak bekerja dari pada berbicara, karena orang yang banyak bicara itu
(biasanya) sedikit dalam bekerjanya. Rasulullah lebih banyak bermusyawarah
dengan para Sahabat setianya serta menerima pendapat mereka mulai dari
urusan-urusan dunia sampai urusan-urusan strategi politik dan perang.
Seperti ketika Salman
al Farisi berpendapat bagaimana membuat parit-parit sebagai jebakan dalam
perang Khandaq. Baginda menerima usul sahabat asal Persia itu yang akhirnya
dalam perang Khandaq pihak umat Islam menang telak. Lalu ketika Sahabat Umar
Ibnu Khattab mengusulkan masalah Hijab, Umar berpendapat bolehnya meletakkan
Hijab bagi seorang istri ketika sedang berada di dalam rumah bagi suaminya.
Hal ini berbeda dengan
kebanyakan orang yang hanya lebih mengedepankan omonngan dan bicara dari pada
bekerja. Banyak orang yang hanya memuji-muji tanpa bekerja. Karena hal demikian
ini tidk akan membawa manfaat dan faedah. Sebaiknya, bekerja dan bukti kongkrit
itu harus didahulukan dari pada yang banyak bicara dan pandai berangan-angan.
Sesuatu yang nyata itu jauh lebih berharga dari pada sesuatu yang tidak
bernilai.
*Santri Tebuireng
1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh
Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura. Sumber : tebuireng.online
0 Komentar