Telusuri

Karakteristik Guru Ala Rasul

Rasulullah Saw adalah seorang guru terbaik di dunia yang selalu mengajar ummatnya dengan berbagai macam pelajaran.  Dengan sifat-sifat mulia, beliau mampu mengajarkan dengan sangat baik, sehingga bisa menjadikan murid-murid beliau menjadi manusia terbaik sepanjang sejarah. Kita selaku ummat beliau hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu yang dimiliki dan diajarkan oleh beliau. Lantas, apa saja sifat-sifat beliau yang seyogyanya diamalkan oleh guru?

1. Ikhlas
Dengan memiliki keikhlasan dalam mengajar, seorang guru akan mampu menembus hati sanubari murid sehingga akan mudah menyerap ilmu yang disampaikan. Guru yang mengajar dengan ikhlas, berbeda rasanya dengan guru yang hanya  mengajar karena tuntutan kerja ataupun karena sebab lainnya. Sang murid akan tenang dan nyaman karena merasakan bahwa sang guru betul-betul ingin menstransfer ilmunya.

Dwi Budiyanto dalam bukunya Prophetic learning, menyampaikan bahwa mengajar dengan ikhlas juga akan mendorong seorang guru untuk mengetahui lebih banyak lagi. Ia mencontohkan apa yang ada pada diri sahabat mulia Ibnu Abbas, seorang guru yang memiliki banyak murid. Semangatnya untuk mengajar sama besarnya dengan semangatnya dalam belajar. Bila ada berita tentang sebuah hadits pada salah seorang sahabat Rasulullah, maka ia akan segera mendatanginya. Jika seorang sahabat yang didatangi sedang tidur siang, ia akan menunggu di depan pintu rumah sambil berbantal pakaian luarnya. Subhanallah. Inilah kekuatan ikhlas yang mampu mendorong guru untuk lebih banyak lagi memperoleh ilmu.

Selain mengajar dengan ikhlas, seorang guru seharusnya juga menanamkan sifat ikhlas ke dalam jiwa murid-muridnya. Karena semua pengetahuan bersumber dari Allah. Ilmu dipergunakan hanyalah untuk mencari ridha Allah, bukan yang lain. Dengan berlandaskan keikhlasan, Allah akan membuka pintu-pintu pengetahuan, karena Allah-lah Al-‘Aalim, Rabb Yang Maha Mengetahui dan ilmu Allah sangat luas tidak bertepi, Al-Wasi’.

Rasulullah juga sangat menekankan agar berbuat ikhlas karena niat yang ikhlas adalah penentu suatu perbuatan. Beliau pernah bersabda, “sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya” [HR. Bukhari-Muslim]. Kalau niatnya tidak ikhlas, sia-sialah perbuatan kita. Allah hanyalah melihat hati kita, bukan secara lahiriah belaka. Rasul juga pernah menjelaskan lebih lanjut, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh dan rupa kamu, akan tetapi dia memandang kepada hati dan amal-amal kamu” [HR. Muslim].

2. Jujur
Dengan memiliki sifat jujur, ilmu yang disampaikan oleh seorang guru akan diterima dan dipercayai tanpa ada rasa curiga oleh murid-muridnya. Selain itu, ia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Karena bagi mereka yang suka berbohong, nerakalah tempatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya kebenaran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan pada surga. [HR. Bukhari-Muslim]

3. Ucapan = Perbuatan

Kalaulah perilaku seorang guru bertentangan dengan apa yang disampaikan kepada murid-muridnya akan menjadikan martabat dirinya rendah di hadapan orang yang seharusnya menghormatinya. Selain itu, murid-muridnya akan mengalami kebingungan serta tidak tahu siapa yang harus dicontoh. Sang murid pun juga tidak memahami arti kemulian akhlaq.

Dalam hal ini, Allah berfirman dalam surat As-Shaff ayat 3 yang bernada ancaman terhadap orang-orang yang perbuatannya tidak sejalan dengan ucapannya. “Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

4. Adil
Sikap adil seharusnya diwujudkan oleh seorang guru kepada murid, karena akan menebarkan rasa kasih sayang dan cinta di antara mereka. Contoh pewujudan adil misalnya memberi nilai dan peringkat sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, bukan karena faktor keluarga, kecondongan dengan salah satu murid, atau faktor-faktor lainnya. 

Berbuat adil ini akan mengantarkan sesorang menjadi makhluq yang dicintai oleh Allah. Terlebih dia adalah seorang pemimpin. Rasulullah Saw bersabda, “Manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat adalah pemimpin yangg adil, dan manusia yang paling dibenci Allah dan mendapat siksa yang pedih pada hari kiamat adalah pemimpin yang dzalim” [HR. Tirmidzi].

5. Akhlaq Mulia
Ucapan yang baik, senyuman, dan raut muka yang berseri dapat menghilangkan jarak yang membatasi antara seorang guru dengan muridnya. Sikap kasih sayang, serta kelapangan hati seorang pendidik mampu menangani kebodohan seorang murid.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai kelembutan dalam segala sesuatu”[HR. Muslim]

6. Tawadhu’
Dengan sifat tawadhu’ yang dimiliki oleh guru, akan memberi dampak positif bagi sang guru maupun murid. Ia dapat menghancurkan batas yang menghalangi antara keduanya. 

Rarasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu’ sehingga seseorang tidak bersikap sombong pada yang lainnya dan tidak mendzalimi satu sama lainnya” [HR. Muslim].


Kesombongan bisa mengakibatkan murid menjauhi guru mereka. Mereka juga akan menolak ilmu yang diberikan. Padahal, murid akan mampu menyerap ilmu dengan baik saat murid dekat dengan pengajarnya. Sifat tawadhu’ lah yang dapat mewujudkan kedekatan tersebut.

Pada hakikatnya, seseorang memang harus memiliki sifat tawadhu’. Nabi Musa As pernah ditegur oleh Allah ketika beliau menyangka bahwa tak ada seorang pun dari manusia yang lebih pandai darinya. Bentuk teguran Allah ialah dengan mempertemukan beliau dengan nabi khidir. Nabi Musa pun banyak belajar ilmu dari nabi Khidir yang tidak diketahui olehnya sebelumnya. Kisah ini tertuang dalam Al-Quran surat AL-Kahfi ayat 60-82 dan juga dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

7. Berani
Setiap guru dituntut untuk memiki sifat berani. Misalnya berani mengungkapkan kebenaran atau menegur perilaku siswa yang bermoral jelek dan berakhlak buruk.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dari sifat berani adalah mengakui kekurangan  atau kesalahan guru. Sikap seperti itu tidak akan mengurangi harga diri sang guru. Justru hal itu akan mengangkat derajatnya, sekaligus sebagai bukti keberanian yang dimilikinya. 

Mengakui kesalahan maknanya adalah memperbaiki kesalahan. Lawannya adalah terus menerus mengulangi kesalahan yang sama dan bersikeras terhadap kesalahan tersebut.


8. Jiwa Humor yang Sehat
Humor yang sehat dapat menghilangka rasa jenuh yang menghinggapi para murid.  Selain itu, akan tercipta suasana nyaman di ruangan kelas, halaqah, atau pertemuan tertentu. 

Hanya saja, hendaknya tetap memperhatikan larangan untuk tidak berlebih-lebihan dalam bersenda gurau, agar ilmu yang hendak dicapai tidak keluar dari yang dicita-citakan serta tidak menghilangkan manfaat yang diharapkan. Kalaulah humor yang dilakukan berlebihan, hanya akan menghilangkan kewibawaan dan kehormatan. Humor hendaknya dilakukan dalam hal kebenaran atau kejujuran, tidak menghina dan tidak menyakiti murid.

Pernah suatu ketika seorang nenek datang menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar saya dimasukkan ke dalam surga”. Rasulullah menjawab, “Wahai nenek, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh orang-orang tua”. Hasan berkata, “Nenek itu pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Beritahulah kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga dalam kondisi menjadi nenek”[HR. Tirmidzi]

9. Sabar dan Menahan Amarah
Kekuatan seorang guru ada pada kemampuan dia mengendalikan amarahnya ketika terjadi sesuatu yang membuatnya marah, dan bagaimana ia mampu menguasai akal sehatnya. 

Seorang guru akan meperoleh kekuatan dan kemampua mengontrol diri dengan cara perlahan-lahan dan latihan yang panjang. Ketika rasa amarah muncul, segera berusaha mengontrol diri. Cara yang paling baik adalah dengan mengikuti petunjuk Rasul. Beliau bersabda, “Apabila di antara kalian sedang marah-marah, jika ia sedang berdiri maka duduklah, dengan cara tersebut bisa menghilangkan kemarahan. Apabila masih marah, maka berbaringlah”[HR. Ahmad].
Beliau juga bersabda, “Orang hebat bukanlah orang yang hebat dalam pertempuran, tapi orang hebat itu adalah orang yang bisa menahan diri ketika sedang marah” [HR. Muslim]

10. Menjaga Lisan
Rasulullah saw bersabda, “Jagalah lisanmu kecuali dalam kebaikan”. Beliau juga bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berbicaralah yang baik atau diam” [HR. Bukhari].

Maka dari itu, seorang guru seharusnya menjaga lisannya dari perkataan yang kotor, bernada hinaan atau cemoohan. Kalaulah seorang guru memiliki sifat ini, maka kehinaan yang sangat besar baginya. Ia hanya akan menimbulkan rasa permusuhan dan kemarahan dengan murid. Selain itu, akan menyebabkan jatuh harkat dan derajat si murid.

11. Sinergi dan Musyawarah
Dengan bermusyawarah, seorang guru dapat menghadapi suatu permasalahn atau perkara sulit yang dihadapinya. Bermusyawarah atau meminta pendapat orang lain tidak menunjukkan rendahnya tingkat martabat dan keilmuan seseorang. Bahkan sikap tersebut merupakan pertanda tingginya tingkat kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang.

Rasulullah Saw termasuk orang yang banyak musyawarah. Abu Hurairah berkata, “Aku tidak melihat seorang pun yang paling banyak bermusyawarah, kecuali Rasulullah Saw” [HR. Tirmidzi]

Demikian 11 sifat yang Rasulullah miliki dan beliau ajarkan kepada kita. Sifat-sifat ini hendaknya dimiliki oleh para guru. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, yaitu kecintaan yang besar kepada murid-muridnya. Dengan memiliki rasa cinta yang besar, 11 sifat di atas bisa diperoleh dengan mudah. Rasa cinta dengan diiringi keinginan yang besar agar anak didiknya berhasil, menjadi kunci utama kesuksesan seorang guru.  Dan, Rasulullah Saw adalah seorang guru teladan yang memiliki rasa cinta yang luar biasa kepada ummatnya.

Semoga tulisan ini bermanfaat, terutama bagi mereka yang memiliki keinginan yang besar untuk menjadi guru inspiratif dan sukses.
[]

*) Penulis adalah Luqman Hakim, alumni Program Kaderisasi Ulama (PKU) Gontor, dan Guru di Pesantren Hidayatullah Panceng Gresik Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar